Sabtu, 05 Desember 2015

Pertemuan di Bawah Langit Semarang

“Pikiran kita mungkin tak mampu merekam tiap memori yang pernah kita lalui. Tapi setidaknya, tulisan mampu mengababadikan beberapa ingatan…”


            Holoaa, udah lama gak nulis di blog karena kesibukan di dunia nyata yang nyatanya memang susah dan teramat susah untuk ditinggalkan. Hehee.. Kebiasaanku ialah menceritakan setiap perjalanan yang aku lakukan. Entah itu perjalanan di Riau atau pun di luar Riau. Perjalanan yang kumaksudkan di sini ialah pergi ke suatu tempat untuk menunaikan suatu kewajiban dengan membawa sebuah misi.
            Oke, kali ini aku bakal cerita tentang salah satu perjalananku yang tidak kalah awesome dengan perjalanan sebelum-sebelumnya. Jadi, ceritanya sekitar dua bulan yang lalu ( ya ampun baru nyadar kalau udah lama banget ternyata haha) tepatnya tanggal 16-18 Oktober 2015 aku mengikuti Youth Media Festival 2015. Kalau misalnya kamu googling dengan hastag #YMF2015 pasti bakalan banyak info-info atau berita seputar YMF alias Youth Media Festival yang muncul. Apa itu YMF? YMF adalah sebuah kegiatan yang super duper kece yang diadakan oleh Youth Center PILAR(Pusat Informasi dan Layanan Remaja) PKBI, Jawa Tengah. Ini merupakan event tahunan yang rutin diadakan oleh PILAR untuk mempertemukan pemuda-pemuda inspiratif se-Indonesia. Kegiatannya berupa grand seminar dan kelas paralel. Aku bakal jelasin apa aja kegiatan selama di sana di next paragraph. Tetap lanjut baca ke bawah ya J
            Untuk menjadi peserta YMF ini ada dua jalur, yaitu jalur scholarship dan regular. Alhamdulillah setelah melalui proses seleksi pengiriman data dan dua artikel, aku lolos sebagai peserta scholarship. Peserta scholarship ini bebas dari biaya dan penginapan selama di Semarang, tapi flight ticket menuju Semarang ditanggung oleh masing-masing peserta. Nah, setelah dapat pengumuman lolos awalnya aku udah pesimis gak bakalan bisa berangkat ke Semarang. Kenapa? Ya apalagi kalau bukan masalah dana. Sebelumnya aku udah bolak-balik ke rektorat kampus buat ngajuin permohonan dana untuk program AISEF Loy Krathong di Thailand. Dari lebaran haji kemarin juga pas balik kampung aku udah pusing mikirin gimana dapetin dana buat bisa ke Thailand. Tapi hasilnya kampusku gak bisa ngasih biaya penuh buat ikut program ke Thai yang biayanya hampir mendekati 10juta-an, itu juga baru cuma buat fee registration plus flight ticket Indonesia-Thailand pulang pergi. Ya, waktu itu harga rupiah emang jatuh sejatuh-jatuhnya, menyentuh angka Rp15.000. Pihak dekanat FKIP juga gak mendukung untuk ikut program yang ke Thai ini, alasannya dana dari kampus gak ada. Keluarga juga gak terlalu mendukung karena biayanya emang mahal. Huaaaa pokoknya kalau ingat detik-detik ngajuin proposal buat ke Thailand itu bawaannya pengen nangis, kesabaran emang beneran diuji. Setelah mempertimbangkan semuanya dengan matang, akhirnya program ke Thai yang seharusnya aku ikuti di tanggal 22-27 November kemarin aku batalkan. Pasti Allah bakal ganti dengan yang lebih baik lagi nanti. Aamiin.
            Oke, back to the main topic. Gagal ke Thailand gak menyurutkan langkahku buat ngajuin proposal permohonan bantuan dana ke kampus buat ikutan YMF yang di Semarang ini. Alhamdulillah, tanpa membutuhkan proses yang terlalu rumit seperti sebelumnya pihak kampus mau membiayaiku untuk mengikuti program ini. Seharusnya, dari Riau ada 3 orang yang berangkat buat ikutan YMF ini. Tapi, karena yang satunya lagi ada agenda bersamaan di Jakarta jadinya dari Riau cuuma berangkat dua orang, aku dan salah seorang seniorku (kadisku tahun lalu,Kepala Dinas Kominfo BEM FKIP 14/15).
             Setelah dapat bantuan dari kampus, next minta restu sama mama. Alhamdulillah mama juga ngasih izin. Setelah dapat bantuan dana, kekhawatiran lain yang muncul adalah masalah bisa berangkat atau tidaknya ke Semarang, karena saat itu Riau lagi ng-trend dengan negeri khayangannya alias asap! Tapi, Alhamdulillah Allah Swt mempermudah perjalananku dengan menurunkan hujan yang lebat tepat sehari sebelum hari keberangkatan. Jadi, tepat tanggal 15 Oktober 2015 aku bisa terbang ke Semarang dengan lancar. Alhamdulilllah…  

Jumat, 11 September 2015

Melunasi Janji ke Tanah Deli


Ini tentang perjalanan yang sangat berkesan. Tentang sebuah janji yang dilunaskan…
***
            Dulu banyak rekan kerabat atau sahabat yang selalu bertanya, “Novi kapan main ke Medan?”. Aku hanya bisa tersenyum dan menjawab, “Do’akan segera, ya” . Maka, beberapa waktu yang lalu berhasil kutunaikan sebuah ucapan. Bukan sengaja untuk pergi berlibur, tapi untuk berkompetisi membawa amanah dari provinsi. Barangkali sambil wisata budaya untuk mendapatkan beberapa pelajaran di sana. Hehee.  
            Alhamdulillah tahun ini aku diamanahkan untuk menjadi salah satu delegasi Riau dalam lomba debat Pekan Bahasa se-Sumatera 2015. Sebelumnya, di tahun 2014 aku juga mengikuti ajang yang sama tetapi dalam cabang lomba yang berbeda. Masih ingat dengan tulisan ini http://tengkunoveniayahya.blogspot.co.id/2014/11/cerita-di-negeri-gurindam.html ? Ya, di bagian akhir dalam tulisan tersebut aku bertekad untuk bisa menjadi delegasi Riau kembali dalam Pekan Bahasa Sumatera. Sebab, saat tahun 2014 lalu masih ada rasa tidak puas dengan hasil yang aku dapatkan ketika mewakili Riau di cabang lomba pidato. Aku merasa masih harus melunasi hutang untuk bisa mengharumkan nama Riau. Jika tahun ini cabang lomba pidato hanya dikhususkan untuk siswa SMA, maka Allah Swt memilihkan cabang lomba debat sebagai jalanku untuk bisa melunasi tekad kembali membawa nama Riau.
            Ini semua berawal dari sebuah dendam. Dendam atas kekalahanku saat lomba debat mahasiswa dalam Pekan Bahasa Riau 2014 yang lalu. Saat itu aku bersama rekanku Kak Romi dan Kak Elysa kalah di babak penyisihan. Setahun berikutnya aku bersama rekanku Kak Romi dan Joni berhasil balas dendam dengan merebut juara 1 Debat Mahasiswa dalam Pekan Bahasa Riau 2015. Sayangnya, yang berhak menjadi delegasi Riau untuk maju ke tingkat regional Sumatera bukan tim juara 1, melainkan pembicara terbaik 1,2 dan 3. Alhamdulillah namaku dipercaya sebagai pembicara terbaik 1 dan berhak mewakili Riau di tingkat regional yang diadakan di Medan.
            Perjalanan ke Medan dimulai tanggal 22 Agustus 2015. Kali ini, aku bersama kontingen Riau yang terdiri dari peserta masing-masing cabang lomba dan ibu bapak pendamping dari Balai Bahasa Provinsi Riau harus menempuh perjalanan darat menggunakan bus selama kurang lebih 20 jam. Mungkin dikarenakan jumlah kontingen Riau yang banyak dan Medan masih bisa dijangkau melalui darat, maka bus menjadi transportasi yang mengantarkan kami ke Kota Deli tersebut.
            Tiba di Medan pada hari Minggu siang, sekitar pukul 13.00 WIB. Hotel Inna Dharma Deli Medan menjadi pusat kegiatan Pekan Bahasa Sumatera 2015 sekaligus tempat seluruh peserta menginap. Pertama kali melihat hotel ini aku sempat berpikir,”Waah kayaknya hotel tua”. Bangunannya tinggi menjulang seperti gedung pencakar langit lainnya, jauh berbeda jika dibandingkan dengan Grand Aston yang tepat berada di sampingnya. Aku langsung ingat setahun yang lalu di Hotel Aston saat di Tanjung Pinang, ternyata di Medan juga ada Aston. Hehee ..
            Acara pembukaan dilaksanakan Hari Senin, 24 September 2015 dan dimulai pukul 09.00-10.00 WIB. Kemudian dilanjutkan dnegan seminar kebahasaan dan kesastraan. Ya, agendanya hampir serupa dengan setahun yang lalu. Kendati demikian, tetap seminar ini mampu menggugah rasa ingin tahuku tentang bahasa, sastra dan budaya bangsa Indonesia. Terlebih ketika pemateri seminar memperlihatkan beberapa bentuk sastra lisan yang ada di Indonesia. Aku sempat merinding karena decak kagum atas keunikan ragam budaya Indonesia. Ini salah satu bagian yang aku suka, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan semacam ini membuat diri semakin sadar betapa beruntungnya menjadi bagian dari Indonesia.

Senin, 10 Agustus 2015

Kenapa Harus Fisika?


Novi, kenapa kok ngambil jurusan Pendidikan Fisika?
Kok gak ngambil jurusan sastra atau bahasa aja,Nov? Kan basicnya Novi di situ.
Nov, kok gak ngambil ilmu komunikasi aja? Kan suka debat. Bagusan masuk ilkom. Atau ambil jurusan hukum.
Kenapa gak ambil jurusan HI aja,Nov? Atau sastra Inggris supaya bahasa Inggrisnya lebih terasah.
Novi ni kalau ada lomba-lomba debat atau lomba seni cepat nyerobotnya. Coba aja kalau lomba yang berhubungan sama Fisika, pasti jarang ikut!
. . . . .
            Beberapa pertanyaan dan kalimat di atas sudah biasa terdengar di telingaku. Tidak jarang orang-orang bertanya dan berkata demikian. Bahkan orang yang baru mengenaliku pun tak jarang bertanya seperti itu. Saat mengikuti beberapa kali lomba seni dan sastra tak jarang peserta lain terkejut ketika mereka bertanya aku dari jurusan apa dan aku menjawab dengan mantap “Pendidikan Fisika”!
            Baiklah, melalui tulisan ini aku akan menjelaskan kenapa aku mengambil program studi Pendidikan Fisika sebagai pilihan untuk melanjutkan studi setelah tamat dari SMA. Dari awal aku menegaskan bahwa aku tidak salah ambil jurusan. Percayalah, jurusan ini murni pilihanku sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun. Bahkan ketika mendaftar SNMPTN pun Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau adalah pilihan pertamaku. Menyusul Fisika FMIPA Universitas Riau menjadi pilihan kedua. Alhamdulillah, Allah Swt meletakkanku di pilihan yang pertama J
Memang tidak dapat dipungkiri, sejak kecil bakatku adalah di dunia seni dan sastra. Saat masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak aku termasuk kategori murid yang tidak pernah absen mengikuti tari. Saat duduk di bangku Sekolah Dasar pun lomba yang sering kuikuti ialah lomba mewarnai, tari, bercerita, baca puisi. Beberapa prestasi di bidang seni dan sastra pun pernah Allah berikan sejak di bangku SD, hingga saat ini. Alhamdulillah.
            Menyukai dunia seni dan sastra bukan berarti aku tidak menyukai jurusan yang kini aku jalani. Ya, Fisika. Sebenarnya sejak SD pun aku sudah memiliki ketertarikan dengan Sains. Cuma entah kenapa saat SD bakat Sainsku tidak dikembangkan melalui perlombaan seperti seni dan sastra. Mungkin dikarenakan keterbatasan fasilitas sekolah dan guru di sekolah. Tapi, ketika duduk di bangku SMP alhamdulillah guru Fisikaku mengembangkannya dengan mendaftarkanku mengikuti olimpiade Fisika. Waktu SMA pun aku pernah beberapa kali mengikuti Olimpiade Fisika. Ya walau pun prestasinya tidak seberapa, setidaknya aku pernah mencoba dan pernah mencicipi beberapa kompetisi Sains.

Selasa, 28 Juli 2015

Explore Katobung!

Bismillahhirrahmanirrahiim..
Tulisan ini kuabadikan dalam blog ini karena banyak teman-teman yang nanya pas aku pasang DP waktu lagi jalan-jalan di Katobung, karena masih banyak yang belum tau tempat ini. Sekalian buat promosiin salah satu wisata yang gak jauh dari Rohul juga J Cekidot yaah.. Maafkan jika di dalamnya terdapat tulisan-tulisan yang tidak bermanfaat. Sayang kalau ada penggalan dialog yang tidak diabadikan hahahhaa ^_^
























Usai acara reuni akbar SMA kemarin(25 Juli 2015) tercetuslah ide dari salah seorang sahabatku, Icha untuk jalan-jalan ke air terjun yang dekat Tangun. Tapi bukan Aek Matua. Karena selama ini air terjun yang selalu dihandalkan di Kabupaten Rokan Hulu ialah AM(Aek Matua) (walau pun demikian aku belum pernah ke Aek Matua lho.. Hikss L ) .
            Awalnya sekitar 15 orang dari panitia angkatan 2013 yang akan ikut besok pagi (Minggu, 26 Juli 2015) ke Air Terjun Katobung. Tapi, entah kenapa pas pada hari H yang berkumpul di rumah Icha sesuai kesepakatan kemarin hanya ada 7 orang. Aku, Icha, Eza, Garin, Awi, Yasin dan Pino. Padahal itu udah molor dari jadwal keberangkatan yang disepakati. Awalnya janji kumpul pukul 9 pagi. Akhirnya berangkat sekitar pukul setengah 12. Walau pun Cuma bertujuh, never mind. Let’s start this adventure!
            Berangkat dari Kota Pasir Pengarayan pukul 11.30, kami tiba di Kecamatan Bangun Purba pukul 12.00. Sebenarnya gak tau jalan ke Katobung itu gimana, maka jadilah kami singgah dulu ke rumah Vutri yang rumahnya persis di depan simpang Aek Matua. Awalnya Vutri berencana ikut, dan direncanakan dialah yang akan menjadi guide kami untuk ke Katobung. Tapi karena ada kendala, dia tidak jadi ikut. Kami singgah ke rumahnya untuk menanyakan jalan menuju Katobung. Setelah merasa mendapat petunjuk yang cukup, kami melanjutkan perjalanan.

Sabtu, 11 Juli 2015

Pendidikan Abad 21 - Review

Pembelajaran Abad Ke-21 dan Transformasi Pendidikan
Oleh : Brimy Laksmana
http://edukasi101.com/innovated-pembelajaran-abad-ke-21-dan-transformasi-pendidikan/
Direview oleh : Tengku Novenia Yahya
NIM.1305112579

                Pendidikan merupakan tonggak utama dalam kehidupan manusia. Terciptanya kehidupan yang baik sesuai dengan rambu-rambu serta azas kemanusiaan tidak luput dari peran pendidikan. Dalam perkembangannya, pendidikan senantiasa mengalami perubahan. Hal ini disebabkan seiring dengan semakin berubahnya zaman yang ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi. Dalam tulisan ini, penulis akan mengulas sebuah artikel berjudul “Pembelajaran Abad Ke-21 dan Transformasi Pendidikan” yang ditulis oleh Brimy Laksmana, seorang aktivis pendidikan yang merupakan Managing Director di PT. Edukasi Satu Nol Satu.
                Dalam artikelnya, Brimy memulai tulisannya dengan memaparkan kekhawatiran yang akan terjadi pada penghujung abad 21. Kekhawatiran ini diambil dari tulisan Prof. Michio Kaku, pengarang buku “Physics Of The Future” dan seorang pengajar di City University of New York, yaitu :
1.Prosesor komputer akan di semua benda di sekeliling kita (baju, meja, cermin, tempat tidur, tas, kaca mata,dll) bahkan bisa ditaruh di dalam tubuh manusia. Semua perangkat itu akan terhubung dengan internet sehingga bisa berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Melalui kondisi itu maka akan ada kendaraan tanpa supir, lingkungan virtual, hologram, dan kita bisa menggerakkan sesuatu dengan hanya berpikir.
2.Robot akan menjadi bagian dari kehidupan manusia dimana mereka akan banyak melakukan kerja untuk menggantikan tugas manusia.
3.Peta tubuh manusia sudah dapat digambarkan (DNA, Kromosom, Gen) sehingga manusia bisa lebih panjang umur dan menghadapi segala penyakit yang ada.
4.Kendaraan sudah tidak menyentuh darat, semua melayang dan tidak menggunakan bahan bakar cair lagi. Perjalanan ke bulan dan planet lain sudah dapat dilakukan.

Jumat, 26 Juni 2015

Terima Kasih Keluarga Pendidikan Mengabdi...

Tulisan ini kupersembahkan untuk kalian yang pernah menjadi pelengkap jalan cerita hidupku…
Sekre juang yang menyimpan banyak cerita tentang KPM

“Jadi surat pengajuan untuk aktif kembalinya gak bisa diajukan lagi,Bang?”
“ Gak bisa dek. Udah terlalu telat. Besok pagi kita udah sidang Paripurna”
Baiklah, dengan penuh keyakinan dan keteguhan sidang esok pagi pasti bisa dilalui. Walau pun tanpa Kepala Dinas yang biasanya selalu jadi kapten terdepan dalam menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan dinas ini. Yakin, semuanya akan baik-baik saja. Insya Allah...
***         
Sabtu, 20 Juni 2015, sebuah lembaga eksekutif mahasiswa FKIP Universitas Riau itu disidang oleh beberapa mahasiswa yang menjadi utusan dari himanya masing-masing. Keluarga Pendidikan Mengabdi, demikian sebutan selama ini yang kami gaungkan untuk sebutan Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP Universitas Riau. Meski tidak sebanyak 70 orang yang hadir sebagaimana yang terstruktur pada SK, sidang yang bertepatan dengan hari ke-3 Ramadhan itu tetap berlangsung.
Dimulai dengan agenda-agenda seperti pada sidang biasanya, akhirnya tibalah sesi penyidangan itu. Mahasiswa-mahasiswa sibuk melontarkan pertanyaannya terkait program kerja yang kami susun dan bagaimana aktualisasinya selama kurang lebih satu tahun kepengurusan ini. Jantung semakin tidak karuan, gelisah, sedih semua campur aduk. Bukan karena takut dihantam habis-habisan dengan pertanyaan-pertanyaan dari peserta sidang. Bukankah selama ini juga sudah terbiasa berdebat dalam perlombaan? Lalu bagaimana mungkin untuk menghadapi sidang ini tidak siap? Pikirku. Tapi ayolah, ini bukan perdebatan, ini bukan lomba debat! Jadi bersikap biasa sajalah ketika menjawab pertanyaan dari mereka. Hatiku menguatkan. Baiklah, aku akan berusaha menjawab semuanya nanti dengan tenang.
“ Kenapa SKS(Silaturahmi Kelembagaan Se-FKIP ini dihapuskan? Kok kayaknya laporan yang tertulis di LPJ ini seolah-olah BEM FKIP menyalahkan hima-hima yang tidak aktif? Seharusnya Dinas Kominfo itu bertindak untuk mengaktifkan hima-hima, bukan menyalahkan..”
“Saya mau tanya, kenapa penilaian mading itu dihapuskan? Terus untuk penilaian hima ter-update juga kenapa dihapuskan?”
“ Pengunjung blog BEM FKIP itu banyak. Apakah Dinas Kominfo yakin dari banyaknya pengunjung itu adalah mahasiswa/i FKIP?”
“Oh iya, kalau dilihat di dinding Facebook BEM FKIP itu sangat banyak hima-hima yang ng tag postingannya. Kalau menurut saya itu nyampah. Apa sebaiknya gak disaring informasi yang ditag? Atau gimana tanggapan Dinas Kominfo”
Bla bla bla sederet pertanyaan lainnya ikut terlontar…
Pelan-pelan aku berusaha menjawab semuanya dan menjelaskannya semampuku, dibantu dengan kasubdin pers, Kak Monika Eka Yulianda. Ingat, ini bukan debat ya! Jadi jawabnya selo aja Novi. Selalu ada bisikan dari dalam hati yang mengingatkan.
Baiklah, semua pertanyaan terjawab sudah. Sedikit lega, tapi justru sedih yang dirasa.
“ Dek, kok Kakak rasanya mau nangis ya?”

Sabtu, 30 Mei 2015

Kertas Pusaka : Siapa Novi Bagi Mereka?


Mataku tertuju pada selembar kertas yang terpampang di dinding kamar. Kertas yang bagiku lebih dari sekedar kertas biasa. Surat cinta? Bukan! Ini tentang komentar mereka terhadap seorang Tengku Novenia Yahya. Mereka yang kukenal tepat sekitar dua tahun yang lalu. Mereka yang telah banyak memberikan warna baru dalam hidupku sejak hari pertama menginjakkan kaki di kampus hingga detik ini. Mereka yang selalu bilang aku pesek padahal sebenarnya ini hidung gak pesek(cuma kurang mancung aja). Mereka yang selalu bilang aku kecil(padahal gak kecil sih, cuma mungil). Mereka yang hobi manggil aku Nove atau Nope atau Nopesek(padahal dari awal masuk kuliah aku udah bilang kalau nama panggilanku Novi).  Mereka yang sifatnya beraneka ragam kayak nano-nano tetapi selalu kompak dan utuh alam sebuah nama keluarga. Ya, merekalah keluargaku.  Keluarga Pendidikan Fisika 2013…
Jadi ceritanya sekitar 2 bulan yang lalu pas dosen lagi gak masuk, ada ide dari entah siapa(yang jelas masih salah satu anggota PEFSI ’13) yang mengusulkan untuk ngadain quality time ’13. Ya sekedar ngumpul-ngumpul dan saling sharing tentang masalah apa pun yang masih berhubungan dengan makhluk-makhluk PEFSI ’13. Ini bukan pertama kalinya,sih. Tradisi beginian juga udah biasa kita adain sejak semester 1. Singkat cerita, tercetuslah ide untuk membuat jiplakan tangan masing-masing di selembar kertas dan kertas itu harus dijalankan ke semua anggota kelas untuk diisi tulisan komentar terhadap yang punya jejak tangan. Tapi, yang nulis komentar gak boleh ngaasih nama. Sayangnya, pas acara itu berlangsung aku gak berada di tempat. Aku sedang sibuk mengurus berkas persyaratan seleksi MAWAPRES tingkat fakultas.

Kamis, 14 Mei 2015

MAWAPRES; Seribu Cerita, Berjuta Makna


Dalam menulis ini, membuatku ingat detik demi detik saat-saat yang berharga dalam hidupku…
***
Pagi itu aku baru sampai di Kota Bertuah, Pekanbaru dari Bumi Raflesia Bengkulu usai mengikuti Lomba Debat Pendidikan Nasional. Tepat 08 April 2015. Meskipun badan masih terasa lelah, aku tetap usahakan untuk masuk kuliah pagi ini. Siangnya, aku dapat kabar dari Kak Putri, sekretaris Dinas Pendidikan BEM FKIP Universitas Riau. Katanya, pihak fakultas bilang kalau naskah KTI harus dikumpul paling lambat sore ini pukul 16.00 WIB. Aku langsung panik, sebab KTI ku masih berantakan, masih belum rampung.
“Kak, aku gak usah ikut lah,ya. Gak sanggup aku nyiapin KTI ni. Datelinenya sore ini. KTI ku masih banyak yang berantakan”, ucapku lirih.
“Heh, usah banyak cakap! Cepat ajalah selesaikan KTI mu tu. Apa lagi yang kurang,ha? Selesai tu, cepat ajalah buat!”. Romi, seniorku yang juga ikut seleksi MAWAPRES tingkat fakultas melempariku dengan bantal kursi yang berserakan di dekat printer BEM FKIP.
Singkat cerita, alhamdulillah berkat restu dan ridho Allah SWT dateline pengumpulan naskah KTI untuk seleksi MAWAPRES fakultas diundur hingga esok pagi, Kamis(09/04/15). Tapi, resikonya adalah Kamis jam 09.00 itu seluruh peserta langsung presentasi KTI di depan dewan juri. Aku kembali panik. Tapi aku berusaha untuk bisa memberikan yang terbaik.
Esok paginya, aku sudah stand by di sekretariat BEM FKIP UR sambil mengerjakan PPT yang akan dipresentasikan nanti. Tapi lagi-lagi Allah Swt mempermudahku, akhirnya seleksi hari itu dibatalkan karena banyaknya peserta yang belum muncul ketika jam telah menunjukkan angka 10.00 WIB.
Akhirnya presentasi KTI dilaksanakan pada Jum’at, 10 April 2015. Dengan persiapan yang singkat namun agak matang dari hari sebelumnya, aku mempresentasikan KTI ku yang berjudul “Phybrasi(Physics Brain Storming); Teknik Kreatif Menumbuhkembangkan Rasa Ingin Tahu Siswa Terhadap Pelajaran Fisika”.
Detik demi detik seleksi itu berlalu. Hingga akhirnya ketika Kak Elysa, MAWAPRES FKIP tahun lalu itu menyebutkan nama Romi sebagai juara 2 dan namaku sebagai juara 1. Awalnya aku hanya terdiam, seolah-olah tak percaya. Tapi kak Elysa langsung memelukku dan membisikkan “ ini calon penerus kakak ni”. Aku masih saja seperti orang bingung. Karena, menurutku saingan seleksi MAWAPRES di FKIP itu lumayan berat. Ada Bang Anggi yang jelas-jelas prestasinya sudah berkali-kali sampai nasional. Ada empat orang anak Bahasa Inggris yang jelas-jela sudah sangat fasih mempresentasikan KTI nya dalam bahasa Inggris. Tapi, Alhamdulillah mungkin inilah amanah Allah Swt untukku. Aku bersama Kak Romi ditugaskan untuk mewakili FKIP ke universitas untuk seleksi MAWAPRES UR 2015. Dalam hati aku bertekad harus bisa lebih baik lagi ketika seleksi tingkat universitas.
***
Sejak dinyatakan sebagai MAWAPRES I FKIP, menjelang seleksi lanjutan ke tingkat universitas aku berasa orang yang diteror pertanyaan kemana-mana. Setiap berjumpa dengan orang di kampus, pasti nanyanya “ Gimana MAWAPRES nya,Nov?”, atau “Eh selamat ya Novi. Gimana ceritanya kemarin seleksi tingkat fakultas?” dan bla bla bla masih banyak pertanyaan lainnya.
Pertanyaan yang unik itu datang dari beberapa orang terdekatku.
“Dek, gimana perasaan adek untuk tingkat universitas besok? Kalau kakak sih maunya tahun ini adek gak usah juara dulu. Biarlah satu tahun ni adek persiapkan dulu ngumpulin prestasi lebih banyak lagi buat jadi juara I tahun depan. Adek maish semester 4 juga. Kalau pun adek juara II atau juara III tahun ini rugi, karena tahun depan adek gak boleh ikut seleksi lagi”, ujar Kak Elys.
Aku hanya menjawab “ Hmmm gimana, ya kak? Ya, Novi maunya pengen juara sih. Tapi kayaknya saingannya berat lah. Haaah yang penting Novi usaha dulu lah kak. Kalau pun nanti misalnya Novi gak dapat juara, artinya Allah nyuruh Novi buat ikut lagi tahun depan. Tapi, kalau misalnya Novi juara tahun ini, entah juara 1 atau 2 atau 3 brarti ada rencana Allah yang lain untuk Novi. Mana tahu tahun depan ada halangan yang membuat Novi gak bisa ikut lagi kan? Atau mana tahu umur Novi gak nyampe lagi buat ikut tahun depan. Hehee.. Wallahuallam,Kak”.
Selanjutnya Bang Okta di waktu yang berbeda.

Jumat, 17 April 2015

Dari Bumi Raflesia Untuk Indonesia


“ Dek, nanti sore kalian berangkat, ya. Tiket nanti dipesan sama Solihin”
“ Emang uang dari fakultas udah cair, Bang?”, tanyaku. Aku tahu betul uang dari fakultas sangat susah cairnya. Padahal kami berangkat juga untuk kepentingan kampus.
“ Belum. Tapi kalian pakai uang abang aja dulu. Abang ada tabungan satu juta. Pakai aja ini untuk ongkos kalian”
“ Nah, terus nanti kami pulangnya gimana? Uang pendaftaran di sana gimana? Biaya makan di sana gimana?” Pertanyaan bertubi-tubi kulontarkan ke Bang Rais, wakil gubernur mahasiswa FKIP. Sebab, kami yang direncanakan akan berangkat belum ada satu pun yang pernah ke Bumi Raflesia itu. Jadi, wajarlah jika ada banyak kekhawatiranku yang muncul.
Melihat pertanyaanku yang berjibun, ia dengan sabar dan tenang menjawab.
“ Udah, jangan pikirkan yang lain-lain dulu. Yang penting kalian berangkat aja. Masalah makan semua ditanggung panitia di sana. Masalah biaya pendaftaran, udah Abang koordinasikan dengan panitia di sana. Masalah ongkos pulang...”.  Ia menghela nafas sebentar. “ Kalian harus menang. Jadi kalau kalian menang nanti hadiahnya bisa jadi untuk ongkos pulang”
Aku sontak kaget. “ Lho, jadi kalau gak menang gimana?”
“ Ya, udah. Kalian gak usah pulang. Jadi orang Bengkulu aja di sana. Tunggu sampai Abang kirimkan uang, ya ”,ujarnya sambil tertawa.
Aku yang mendengar ucapannya hanya bisa geleng-geleng kepala. Antara optimis dan tidak untuk berangkat. Persiapan belum matang, bahkan sama sekali belum ada cari bahan informasi. Ya, walau pun debat adalah salah satu bidang lomba yang tidak asing aku ikuti. Tapi, tetap saja yang namanya sebuah perlombaan harus memiliki persiapan yang matang. Tapi, melihat sikap optimis dan semangat dari wagubma FKIP, dengan modal nekad akhirnya kami berempat putuskan untuk berangkat menuju Bumi Raflesia sore nanti.
***
Kita berangkat jam empat sore nanti.
Kumpul di sekre BEM FKIP jam tiga.
Jangan telat!
Demikian bunyi sms dari sekretaris umum BEM FKIP. Namanya Solihin. Di kampus, ia biasa disapa dengan Pak Sol. Entah karena wajahnya yang ketuaan atau wajahnya terlalu ke-bapakan, yang jelas ia pun selalu menyebut dirinya dengan sebutan Pak Sol. Ia adalah salah satu rekan tim debatku yang juga akan berangkat sore ini ke Bengkulu.

Senin, 09 Februari 2015

Newton vs Einstein


Siapa yang tidak mengenal Einstein? Siapa pula yang tidak mengenal Newton? Dua nama ilmuan ini telah tersohor ke seluruh penjuru dunia. Bagaimana tidak, kecerdasan Einstein dan Newton dalam berbagai temuan ilmiahnya yang dirangkum menjadi teori-teori dan hukum telah memberi pengaruh yang sangat kuat dalam dunia sains, khususnya fisika. Kendati keduanya adalah ilmuan yang sama-sama terkenal di mata dunia, namun ternyata terdapat beberapa pertentangan antara keduanya. Pada tulisan kali ini, saya akan sedikit mengulas perbedaan teori yang dikemukakan oleh dua ilmuan jenius ini yang telah saya rangkum dari beberapa referensi.

Berdasarkan dari beberapa referensi yang saya baca, Albert Einstein berhasil meruntuhkan teori Isaac Newton pada abad ke-19. Setelah Isaac Newton berhasil mengemukakan teorinya tentang gravitasi dan membuat dunia percaya dengan teorinya tersebut, fisikawan lain yakni Albert Einstein menemukan ada kejanggalan dalam teori Newton tersebut. Kejanggalan itu terletak pada ketidakcocokan teori gravitasi Newton dengan teori relativitas khusus yang diajukan Einstein pada tahun 1905.

Dalam teori relativitas khususnya, Einstein berusaha agar teori relativitas khususnya sesuai dengan teori electromagnetik Maxwell. Einstein menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan sebesar 299,792 km per detik atau yang biasa kita sebut dengan sekitar tiga ratus juta meter per detik (sering ditulis dalam bentuk kerennya: 3.108 meter per detik). Einstein juga mengatakan bahwa kecepatan ini adalah kecepatan absolut. Artinya, benda atau energi lain bisa bergerak mendekati kecepatan ini tetapi tidak akan pernah melebihi kecepatan cahaya. Einstein juga melihat ada prinsip fisika lain yang tidak bersesuaian dengan teori gravitasi Newton. Prinsip ini dikenal dengan prinsip ekuivalen.

Kamis, 05 Februari 2015

The Third Winner !!


Setelah lama vakum menulis di dunia blog dikarenakan kesibukan kampus, kini aku hadir kembali untuk menceritakan beberapa hal yang terjadi dalam hidupku. Sesuatu yang gak penting mungkin bagi orang lain. Tapi sesuatu yang menyenangkan bagiku bisa berbagi tulisan dengan orang lain, walau pun hanya sekedar tulisan yang isinya sekedar cuirhatan gak penting. But, sure that you always stay here to read some of my story. Mana tau, ada tulisan yang bermanfaat bagi kamu. Hihii..

Okay, let's start the story in this page! Jadi ceritanya gini, sekitar beberapa bulan yang lalu (entah November entah Desember 2014) aku kembali terjun ke dunia speech contest. Yap, gak jauh beda dengan tahun sebelumnya (red: 2013), yang ngadain masih fakultas yang sama. Fakultas Teknik Universitas Riau. Masih dalam event yang sama dengan tahun 2013, yaitu Enginering Expo. 

Kalau tahun 2013 aku berhasil meraih juara 1, kali ini turun 2 tingkat alias juara 3 ;') Sedih? Tentu. Kecewa? Gak juga sih. Karena emang wajar rasanya dapat juara 3. Saingannya berat-berat , sedangkan aku kecil (nah lho? -_- ). Berat dalam artian bukan berat badan sih. Hahhaa.. Tapi emang berat dari segi kemampuannya. Kebanyakan peserta yaah seperti biasanya adalah mahasiswa/i yang notabenenya adalah english student. Sedangkan aku adalah satu-satunya Physics Student ;')