Sabtu, 30 Mei 2015

Kertas Pusaka : Siapa Novi Bagi Mereka?


Mataku tertuju pada selembar kertas yang terpampang di dinding kamar. Kertas yang bagiku lebih dari sekedar kertas biasa. Surat cinta? Bukan! Ini tentang komentar mereka terhadap seorang Tengku Novenia Yahya. Mereka yang kukenal tepat sekitar dua tahun yang lalu. Mereka yang telah banyak memberikan warna baru dalam hidupku sejak hari pertama menginjakkan kaki di kampus hingga detik ini. Mereka yang selalu bilang aku pesek padahal sebenarnya ini hidung gak pesek(cuma kurang mancung aja). Mereka yang selalu bilang aku kecil(padahal gak kecil sih, cuma mungil). Mereka yang hobi manggil aku Nove atau Nope atau Nopesek(padahal dari awal masuk kuliah aku udah bilang kalau nama panggilanku Novi).  Mereka yang sifatnya beraneka ragam kayak nano-nano tetapi selalu kompak dan utuh alam sebuah nama keluarga. Ya, merekalah keluargaku.  Keluarga Pendidikan Fisika 2013…
Jadi ceritanya sekitar 2 bulan yang lalu pas dosen lagi gak masuk, ada ide dari entah siapa(yang jelas masih salah satu anggota PEFSI ’13) yang mengusulkan untuk ngadain quality time ’13. Ya sekedar ngumpul-ngumpul dan saling sharing tentang masalah apa pun yang masih berhubungan dengan makhluk-makhluk PEFSI ’13. Ini bukan pertama kalinya,sih. Tradisi beginian juga udah biasa kita adain sejak semester 1. Singkat cerita, tercetuslah ide untuk membuat jiplakan tangan masing-masing di selembar kertas dan kertas itu harus dijalankan ke semua anggota kelas untuk diisi tulisan komentar terhadap yang punya jejak tangan. Tapi, yang nulis komentar gak boleh ngaasih nama. Sayangnya, pas acara itu berlangsung aku gak berada di tempat. Aku sedang sibuk mengurus berkas persyaratan seleksi MAWAPRES tingkat fakultas.

Kamis, 14 Mei 2015

MAWAPRES; Seribu Cerita, Berjuta Makna


Dalam menulis ini, membuatku ingat detik demi detik saat-saat yang berharga dalam hidupku…
***
Pagi itu aku baru sampai di Kota Bertuah, Pekanbaru dari Bumi Raflesia Bengkulu usai mengikuti Lomba Debat Pendidikan Nasional. Tepat 08 April 2015. Meskipun badan masih terasa lelah, aku tetap usahakan untuk masuk kuliah pagi ini. Siangnya, aku dapat kabar dari Kak Putri, sekretaris Dinas Pendidikan BEM FKIP Universitas Riau. Katanya, pihak fakultas bilang kalau naskah KTI harus dikumpul paling lambat sore ini pukul 16.00 WIB. Aku langsung panik, sebab KTI ku masih berantakan, masih belum rampung.
“Kak, aku gak usah ikut lah,ya. Gak sanggup aku nyiapin KTI ni. Datelinenya sore ini. KTI ku masih banyak yang berantakan”, ucapku lirih.
“Heh, usah banyak cakap! Cepat ajalah selesaikan KTI mu tu. Apa lagi yang kurang,ha? Selesai tu, cepat ajalah buat!”. Romi, seniorku yang juga ikut seleksi MAWAPRES tingkat fakultas melempariku dengan bantal kursi yang berserakan di dekat printer BEM FKIP.
Singkat cerita, alhamdulillah berkat restu dan ridho Allah SWT dateline pengumpulan naskah KTI untuk seleksi MAWAPRES fakultas diundur hingga esok pagi, Kamis(09/04/15). Tapi, resikonya adalah Kamis jam 09.00 itu seluruh peserta langsung presentasi KTI di depan dewan juri. Aku kembali panik. Tapi aku berusaha untuk bisa memberikan yang terbaik.
Esok paginya, aku sudah stand by di sekretariat BEM FKIP UR sambil mengerjakan PPT yang akan dipresentasikan nanti. Tapi lagi-lagi Allah Swt mempermudahku, akhirnya seleksi hari itu dibatalkan karena banyaknya peserta yang belum muncul ketika jam telah menunjukkan angka 10.00 WIB.
Akhirnya presentasi KTI dilaksanakan pada Jum’at, 10 April 2015. Dengan persiapan yang singkat namun agak matang dari hari sebelumnya, aku mempresentasikan KTI ku yang berjudul “Phybrasi(Physics Brain Storming); Teknik Kreatif Menumbuhkembangkan Rasa Ingin Tahu Siswa Terhadap Pelajaran Fisika”.
Detik demi detik seleksi itu berlalu. Hingga akhirnya ketika Kak Elysa, MAWAPRES FKIP tahun lalu itu menyebutkan nama Romi sebagai juara 2 dan namaku sebagai juara 1. Awalnya aku hanya terdiam, seolah-olah tak percaya. Tapi kak Elysa langsung memelukku dan membisikkan “ ini calon penerus kakak ni”. Aku masih saja seperti orang bingung. Karena, menurutku saingan seleksi MAWAPRES di FKIP itu lumayan berat. Ada Bang Anggi yang jelas-jelas prestasinya sudah berkali-kali sampai nasional. Ada empat orang anak Bahasa Inggris yang jelas-jela sudah sangat fasih mempresentasikan KTI nya dalam bahasa Inggris. Tapi, Alhamdulillah mungkin inilah amanah Allah Swt untukku. Aku bersama Kak Romi ditugaskan untuk mewakili FKIP ke universitas untuk seleksi MAWAPRES UR 2015. Dalam hati aku bertekad harus bisa lebih baik lagi ketika seleksi tingkat universitas.
***
Sejak dinyatakan sebagai MAWAPRES I FKIP, menjelang seleksi lanjutan ke tingkat universitas aku berasa orang yang diteror pertanyaan kemana-mana. Setiap berjumpa dengan orang di kampus, pasti nanyanya “ Gimana MAWAPRES nya,Nov?”, atau “Eh selamat ya Novi. Gimana ceritanya kemarin seleksi tingkat fakultas?” dan bla bla bla masih banyak pertanyaan lainnya.
Pertanyaan yang unik itu datang dari beberapa orang terdekatku.
“Dek, gimana perasaan adek untuk tingkat universitas besok? Kalau kakak sih maunya tahun ini adek gak usah juara dulu. Biarlah satu tahun ni adek persiapkan dulu ngumpulin prestasi lebih banyak lagi buat jadi juara I tahun depan. Adek maish semester 4 juga. Kalau pun adek juara II atau juara III tahun ini rugi, karena tahun depan adek gak boleh ikut seleksi lagi”, ujar Kak Elys.
Aku hanya menjawab “ Hmmm gimana, ya kak? Ya, Novi maunya pengen juara sih. Tapi kayaknya saingannya berat lah. Haaah yang penting Novi usaha dulu lah kak. Kalau pun nanti misalnya Novi gak dapat juara, artinya Allah nyuruh Novi buat ikut lagi tahun depan. Tapi, kalau misalnya Novi juara tahun ini, entah juara 1 atau 2 atau 3 brarti ada rencana Allah yang lain untuk Novi. Mana tahu tahun depan ada halangan yang membuat Novi gak bisa ikut lagi kan? Atau mana tahu umur Novi gak nyampe lagi buat ikut tahun depan. Hehee.. Wallahuallam,Kak”.
Selanjutnya Bang Okta di waktu yang berbeda.