Sabtu, 05 Desember 2015

Pertemuan di Bawah Langit Semarang

“Pikiran kita mungkin tak mampu merekam tiap memori yang pernah kita lalui. Tapi setidaknya, tulisan mampu mengababadikan beberapa ingatan…”


            Holoaa, udah lama gak nulis di blog karena kesibukan di dunia nyata yang nyatanya memang susah dan teramat susah untuk ditinggalkan. Hehee.. Kebiasaanku ialah menceritakan setiap perjalanan yang aku lakukan. Entah itu perjalanan di Riau atau pun di luar Riau. Perjalanan yang kumaksudkan di sini ialah pergi ke suatu tempat untuk menunaikan suatu kewajiban dengan membawa sebuah misi.
            Oke, kali ini aku bakal cerita tentang salah satu perjalananku yang tidak kalah awesome dengan perjalanan sebelum-sebelumnya. Jadi, ceritanya sekitar dua bulan yang lalu ( ya ampun baru nyadar kalau udah lama banget ternyata haha) tepatnya tanggal 16-18 Oktober 2015 aku mengikuti Youth Media Festival 2015. Kalau misalnya kamu googling dengan hastag #YMF2015 pasti bakalan banyak info-info atau berita seputar YMF alias Youth Media Festival yang muncul. Apa itu YMF? YMF adalah sebuah kegiatan yang super duper kece yang diadakan oleh Youth Center PILAR(Pusat Informasi dan Layanan Remaja) PKBI, Jawa Tengah. Ini merupakan event tahunan yang rutin diadakan oleh PILAR untuk mempertemukan pemuda-pemuda inspiratif se-Indonesia. Kegiatannya berupa grand seminar dan kelas paralel. Aku bakal jelasin apa aja kegiatan selama di sana di next paragraph. Tetap lanjut baca ke bawah ya J
            Untuk menjadi peserta YMF ini ada dua jalur, yaitu jalur scholarship dan regular. Alhamdulillah setelah melalui proses seleksi pengiriman data dan dua artikel, aku lolos sebagai peserta scholarship. Peserta scholarship ini bebas dari biaya dan penginapan selama di Semarang, tapi flight ticket menuju Semarang ditanggung oleh masing-masing peserta. Nah, setelah dapat pengumuman lolos awalnya aku udah pesimis gak bakalan bisa berangkat ke Semarang. Kenapa? Ya apalagi kalau bukan masalah dana. Sebelumnya aku udah bolak-balik ke rektorat kampus buat ngajuin permohonan dana untuk program AISEF Loy Krathong di Thailand. Dari lebaran haji kemarin juga pas balik kampung aku udah pusing mikirin gimana dapetin dana buat bisa ke Thailand. Tapi hasilnya kampusku gak bisa ngasih biaya penuh buat ikut program ke Thai yang biayanya hampir mendekati 10juta-an, itu juga baru cuma buat fee registration plus flight ticket Indonesia-Thailand pulang pergi. Ya, waktu itu harga rupiah emang jatuh sejatuh-jatuhnya, menyentuh angka Rp15.000. Pihak dekanat FKIP juga gak mendukung untuk ikut program yang ke Thai ini, alasannya dana dari kampus gak ada. Keluarga juga gak terlalu mendukung karena biayanya emang mahal. Huaaaa pokoknya kalau ingat detik-detik ngajuin proposal buat ke Thailand itu bawaannya pengen nangis, kesabaran emang beneran diuji. Setelah mempertimbangkan semuanya dengan matang, akhirnya program ke Thai yang seharusnya aku ikuti di tanggal 22-27 November kemarin aku batalkan. Pasti Allah bakal ganti dengan yang lebih baik lagi nanti. Aamiin.
            Oke, back to the main topic. Gagal ke Thailand gak menyurutkan langkahku buat ngajuin proposal permohonan bantuan dana ke kampus buat ikutan YMF yang di Semarang ini. Alhamdulillah, tanpa membutuhkan proses yang terlalu rumit seperti sebelumnya pihak kampus mau membiayaiku untuk mengikuti program ini. Seharusnya, dari Riau ada 3 orang yang berangkat buat ikutan YMF ini. Tapi, karena yang satunya lagi ada agenda bersamaan di Jakarta jadinya dari Riau cuuma berangkat dua orang, aku dan salah seorang seniorku (kadisku tahun lalu,Kepala Dinas Kominfo BEM FKIP 14/15).
             Setelah dapat bantuan dari kampus, next minta restu sama mama. Alhamdulillah mama juga ngasih izin. Setelah dapat bantuan dana, kekhawatiran lain yang muncul adalah masalah bisa berangkat atau tidaknya ke Semarang, karena saat itu Riau lagi ng-trend dengan negeri khayangannya alias asap! Tapi, Alhamdulillah Allah Swt mempermudah perjalananku dengan menurunkan hujan yang lebat tepat sehari sebelum hari keberangkatan. Jadi, tepat tanggal 15 Oktober 2015 aku bisa terbang ke Semarang dengan lancar. Alhamdulilllah…  

Sebenarnya Semarang adalah salah satu tempat yang masuk list yang ingin aku kunjungi sudah sejak lama. Kenapa? Karena ada orang-orang yang telah lama kujanjikan ingin bertemu dengannya. Siapa mereka? Nanti dibahas ya, next aja terus baca ke bawah. Hahaha..
Saat akan take off dari Bandara Sultan Syarif Kasim II, ada hal yang rasanya agak berbeda seperti firasat tidak enak. Mungkin karena ini pertama kalinya aku ikut kegiatan ke luar Riau untuk hal bukan mengikuti kompetisi. Jika sebelumnya selalu didampingi oleh instansi pemerintah Riau atau dari pihak kampus untuk mewakili Riau ke luar, maka kali ini harus serba mandiri menuju tanah Jawa. Bismillah, kuatkan tekad untuk menimba ilmu dan mengambil berbagai manfaat di Semarang nanti!
Setelah melalui penerbangan yang cukup melelahkan Pekanbaru-Jakarta, kemudian delay beberapa jam yang sangat membosankan, dilanjutkan dengan Jakarta-Semarang akhirnya tiba di Semarang pukul 17.35 WIB. Tepat pertama kali menginjakkan kaki di Semarang, fabiayyialaairabbikumatukadzibaan langitnya biru! Sebenarnya aku udah kegirangan melihat langit biru dibalut dengan putihnya awan sejak di dalam pesawat tadi. Maklum, di Riau udah kurang lebih dua bulan terpapar asap. Jadi, bertemu langit biru adalah suatu kado terindah bagiku saat itu.

Delay, membosankan...

Dari Bandara Ahmad Yani, langsung menuju wisma PKBI yang letaknya hanya sekitar 500 meter dari bandara. Di wisma inilah para peserta scholarship menginap. Begitu masuk kamar, ternyata di dalam kamar tersebut sudah ada beberapa peserta lainnya (tentunya wanita dong ya). Ada Mbak Sylva dari Jakarta, Mbak Fitri dari UGM, Mbak Puji dari Bandung, Mbak Eka dari Purwekerto, Mbak Necha dan Lela dari Surabaya serta Nanda dari UI. Mereka semua adalah peserta yang berasal dari Jawa. Kayaknya emang aku yang datang paling jauh dalam program ini ya hahaa -_- Tahu apa yang paling membuatku bersyukur ketika bergabung dengan mereka di dalam kamar ini? Suasana ukhuwah islamiah yang kuat! Sejak pertama kali di kamar ini sampai hari terakhir kita jarang melewatkan yang namanya sholat berjamaah. Subhanallah, inilah salah satu yang paling aku syukuri. Mbak Fitri dan Mbak Nanda yang selalu jadi imam ketika kami sholat berjamaah, sesekali aku yang diminta untuk menjadi imam memimpin sholat. Di dalam kamar ini ada 10 tempat tidur dan 2 kamar mandi. Yap, di sinilah kisah kita dimulai!
Malamnya, kita para peserta scholarship dipertemukan di suatu aula untuk mengikuti kegiatan malam keakraban(katanya). Di sini kita kenalan dengan panitia dan sesama peserta. Ada sosialisasi dari Youth Center Pilar juga tentang proker umum mereka. Seperti dugaanku sebelumnya, para pemuda pemudi yang kutemui di sini pasti bukan orang yang biasa-biasa aja. Yap, bener! Dari sesi perkenalan singkat itu keliahatan bahwa rata-rata peserta adalah para pemuda terbaik daerahnya. Kelihatan dari cara bicaranya, walau pun yang peserta cowok rata-rata selengehan (jahil) hahahaa tapi mereka semua adalah para aktivis dan organisator di kampus atau di komunitasnya yang pastinya peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia. Rata-rata dari tiap mereka ialah orang-orang yang aktif di NGO atau komunitas yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Bahkan kayaknya yang dari BEM cuma yang dari Riau, jadi minder sendiri waktu dengerin mereka cerita tentang komunitas-komunitasnya yang menurutku luar biasa. Kebanyakan mereka aktif di komunitas pendidikan. Gila, mereka aja yang rata-rata bukan mahasiswa FKIP aktif banget bergerak di pendidikan. Nah aku? Masih belum apa-apa kontribusi untuk pendidikan. Huhu T.T  But, it’s okay. Ini kesempatanku mencuri ilmu dari tiap-tiap mereka.
*Jum’at,16 Oktober 2016…
Pagi sampai pukul 13.00 kita para peserta gabut di gedung utama Universitas Dian Nuswantoro Semarang, karena acara pembukaan akan dimulai pukul 13.00 WIB. Waktu kita isi dengan selfia-an. Nah kalau giliran selfi ini seolah-olah medan gravitasi sangat besar di tangan si pemegang kamera, tanpa menggunakan gaya yang besar pun seketika semuanya sudah tertarik berkumpul di pusat kamera buat ikutan selfi. Hahaha beginilah fenomena remaja zaman sekarang -.-

Siangnya, usai sholat Jum’at acara pembukaan dimulai. Dilanjutkan dengan Grand Seminar tentang Peran Remaja Masa Depan Untuk Indonesia. Pematerinya cukup luar biasa. Ada dari UDINUS, Kementrian Luar Negeri, UNFPA, dan PKBI Jawa Tengah. Yang paling berkesan dari Grand Seminar ini ialah ada pertunjukan Gamelan digital dari mahasiswa UDINUS. Mereka memainkan gamelan cukup dengan modal gadget(tablet). Yang super duper kerennya ialah aplikasi gamelan digital ini ialah hasil karya mahasiswa UDINUS sendiri. Dan karya mereka ini telah ditampilkan di berbagai belahan dunia dan telah diakui oleh UNESCO. It’s WOW, right? Aku sempat berpikir mungkin sistem gamelan digital ini bisa dijadikan bahan untuk seminar matakuliah Fisikaku nanti hahahaa..
Awesome! Gamelan digital performance...

Sorenya, sesi kelas paralel pertama dimulai. Di sesi pertama ini, aku ngambil kelas jurnalistik “ Indonesia Punya Suara”. Pematerinya dari Suara Merdeka dan Aliansi Jurnalistik Indonesia. Malamnya, kita diajakin buat nonton teatrikal Pertempuran Lima Hari Semarang di Museum Mandala yang letaknya tidak jauh dari UDINUS. Teatrikalnya cukup bagus, persembahan dari Komunitas Kumandang Sastra. Penampilan mereka menarik ingatan dan kerinduanku di dunia teater :”) Kegiatan di Museum Mandala berakhir pukul 22.00 WIB. Kita para peserta kembali ke wisma.
Teater pertempuran lima hari di Semarang

*Sabtu, 17 Oktober 2015…
Kegiatan dimulai dari 09.00-22.00 WIB. Ngapain aja? Ada kelas paralel sesi 2, 3 dan 4 sampai sore. Di sesi 2 aku ngambil kelas “Gerakan Kreatif Untuk Bangsa” yang pematerinya kece super Kak Al alumni UI yang merupakan founder Kreanovator dan satu lagi dari Communicaption. Di sesi 3 aku ngambil kelas “ Remaja Peduli Remaja Kreatif” yang pematerinya dari UDINUS dan SobatAsk. Di sesi 4  kelas yang aku ikuti ialah “Melancong Seru Dunia Digital” yang pematerinya ialah Mas Fanbul Manager Community dari Hipwee dan dari Mozila FireFox. Gila pematerinya kece abis, kan? Yuhuu, tentunya ilmu yang mereka sampaikan juga kece dan sangat bermanfaat. Bersyukur bisa bertemu dengan mereka para founder komunitas-komunitas besar di Indonesia. Semoga segera bisa ngikutin jejaknya ya Mbak, Mas aamiin :”)
Nah, sorenya usai kelas paralel sesi 4 kita para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan disuruh mempersiapkan penampilan untuk Pentas Seni yang akan digelar malamnya. Nah, aku kebagian jadi ketua kelompok Path. Di kelompok ini gak hanya ada peserta scholarship, tapi ada juga dari peserta regular plus para peer-educater dari masing-masing PIK-R(Pusat Informasi dan Konseling Remaja) yang ada di Semarang. Awalnya kita bingung mau nampilin apa, apalagi anggotanya pada diem-dieman semua. Tapi di detik-detik saat akan penampilan dimulai, the power of kepepet itu muncul dan aku ngajuin ide buat nampilin short Fragmen (ilmu yang aku dapetin pas ikut Pekan Bahasa Sumatera Agustus lalu wkwkwk). Cuma beberapa menit latihan, kita siap untuk tampil di gedung utama UDINUS malam ini!
Finally, this is art night of #YMF2015! Begitu pintu aula utama dibuka, kita semua disambut dengan teriakan dan iringan music Bendera dari Coklat, ditambah dengan balon-balon yang berserakan dimana-mana. Huaaa berasa dapet surprise ulang tahun padahal gak lagi ulang tahun wkwkwk.. Emang super keren deh buat malam ini pokoknya! Panitia benar-benar membuat konsep acara ala remaja, maklum juga sih ini last night nya kita ya kan :”D Satu per satu kelompok unjuk gigi alias menampilkan kebolehannya masing-masing. Rata-rata pada nampilin drama atau puisi. Temanya bermacam-macam, seputar remaja, media, teknologi, dan MEA. Acara usai pukul 22.00 WIB.
*Minggu, 18 Oktober 2015…
Well, ini adalah last day! Di hari ini ada kegiatan Grand Seminar dan Deklarasi hasil #YMF2015. Kemudian, akan ada acara penutupan pukul 13.00 WIB. Sebenarnya, di draft acara yang dibagikan panitia sebelumnya acara di hari minggu sudah selesai penutupan sebelum pukul 12.00 WIB. Tapi, dikarenakan beberapa hal acaranya jadi molor. Tiket pesawat buat balik ke Pekanbaru harus udah take off pukul 14.50 WIB. Alhasil aku dan beberapa teman yang udah pesan tiket pulang duluan gak bisa ngikutin acara sampai selesai di hari itu.
Di sela-sela Grand Seminar, aku curi-curi waktu buat bisa keluar. Ada pertemuan yang belum tertunaikan yang harus dibayar. Ini sebenarnya point yang tadi di awal sempat aku singgung. Salah satu misiku ke Semarang ialah untuk bisa ketemu dengan seseorang yang aku kenal sejak 2013 lalu. Seseorang yang baru aku tahu tepat seminggu setelah papa meninggal. Dia yang ternyata adalah saudara perempuanku, tapi beda ibu. Yang selama ini selalu ditutup-tutupi oleh pihak yang seharusnya memberi tahu. Kita sama-sama gak tahu dan sama-sama kebingungan saat diberi tahu 2013 lalu. Dia yang kata kebanyakan orang sangat mirip denganku. Selama ini kita hanya komunikasi lewat dunia maya. Kebetulan beliau kuliah di Semarang.
Dia datang menjemputku di UDINUS. Begitu jumpa, ternyata memang benar, kita emang mirip -.- Gak banyak basa basi kita langsung cus ke Paragon yang letaknya gak jauh dengan UDINUS. Di sini, kita makan terus sambil sharing dan cerita banyak hal mulai dari tentang keluarga sampai tentang kuliah. Dari semua yang ia ceritakan aku tahu gimana alur cerita yang selama ini yang gak aku ketahui. Mungkin dia juga begitu. Intinya kita sama-sama saling tahu tentang hal yang sebelumnya gak kita tahu tentang kita sendiri (aku ngomongin apaan sih hahhaa). Haaah, ajaib rasanya. Can’t describe lah ya!
Cuma punya waktu kurang lebih 2 jam dan masih banyak mau cerita sebenarnya, tapi panitia udah keburu nelfonin aku buat balik ke UDINUS. So, terjadilah perpisahan dari pertemuan singkat antara aku dan si kakak. Pas dia ngantar aku balik ke UDINUS, aku sempat nangis (hahaa cengeng sih emang Novi -___-). Entahlah, aku ngerasa ngeliat sosok alm.papa dalam dirinya, juga ngeliat kalau dia nyimpan kesedihan yang juga sama kayak aku dan kakak-kakak aku rasakan. Satu kalimat yang paling aku ingat waktu kita ngobrol di sana “ Mungkin ini jalan terbaik yang udah dikasih Allah buat kita ya, Dek. Pasti ada hikmahnya. Kita ambil pelajarannya aja”. Yap! Meski dulu di awal aku sempat benci dengan semua takdir ini, tapi perlahan aku bisa menerima dan yakin bahwa apapun takdir yang ditetapkan Allah ada hikmahnya dan inilah yang terbaik.

Next, setelah ketemu dengan 20 years missing sister, aku lanjutin ngelunasin janji buat ketemu dengan Himas dan Pak Agung. Anak dan Bapak itu adalah dua oreang sastrawan dan penyair Semarang yang dulu pernah ketemu di Lombok saat FLS2N. Sayangnya, Himas dan Pak Agung datang di saat aku dan 3 orang teman lainnya akan pamitan ke seluruh peserta YMF karena bakal balik pulang duluan. Akhirnya, aku cuma punya waktu sebentar banget buat photo bareng mereka. Trus, mereka aku ajakin buat nemenin photo bentar di depan Lawang Sewu karena gak sempat masuk ke dalam L Setelah take beberapa photo, next beli sedikit oleh-oleh. Selanjutnya cuss Bandara Ahmad Yani.

Bersama Himas Nur dan Pak Agung

Sambil nungguin boarding pass, semuanya pada ribut di grup line #YMF2015 pada say goodbye buat kita-kita yang duluan pulang. Trus, tiba-tiba adek yang satu kelompok bareng aku ngasih tau kalau kelompokku juara 2 penampilan terbaik di malam PENSI. Aaah, berat sebenarnya ninggalin Semarang. Tapi pesawat tetap harus take off pukul 14.50 WIB.
Setelah kurang lebih 1 jam di pesawat, tiba di Jakarta pukul 16.00 WIB. Usai solat ashar, aku masuk ke ruang tunggu untuk melanjutkan perjalanan menuju Pekanbaru pukul 18.05 WIB. Setelah menunggu beberapa jam, malang tak dapat ditolak. Pesawat menuju Pekanbaru malam itu dicancel keberangkatannya dikarenakan kabut asap di Pekanbaru kian menebal. Seketika aku langsung panic. Of course, this is my first time to face problem like this oh no -___- (ketularan mas Agung ini hahahaa).
Aku dan seniorku segera melapor ke bagian costumer service. Setelah melalui beberapa proses yang cukup menyita waktu, akhirnya penerbangan dialihkan esok pagi(Senin, 19 Oktober 2015) pukul 11.00 WIB. Aku bingung mala mini harus tidur dimana? Gak mungkin tidur di bandara -__- Dengan tampang lelah capek kecewa aku coba telfonin satu per satu sahabat di Jakarta. Finally, aku ke kost sahabatku Tya yang lumayan dan emang jauh dari bandara. Ngabisin Rp200.000 buat ke sana -.- Sementara seniorku, karena dia laki-laki mau gak mau ya dia nginap di hotel.

Begini rasanya kalau cancel flight. Ribet ngurusin ini itu -__-

*Senin, 19 Oktober 2015…
            Pagi-pagi aku udah siap untuk beranjak dari kost Tya. Sebelumnya, aku janjian ketemu dengan salah seorang abang yang selama ini juga komunikasinya lewat dunia maya. Masih sepupu sih, tapi jauh banget hubungan keluarganya hahahaa.. Namanya si Tuplo. Hobinya curhat ngegalau gak jelas dan selalu minta pencerahan dengan aku yang katanya adeknya yang pinter ini ahahhaa.. Yaa, kita sekedar ngobrol trus photo-photo trus udah aku pamit sama mereka semua buat balik ke Pekanbaru.

            Menuju ke Soetta kena lagi ongkos Rp200.000 buat biaya taxi. Sebenarnya yang buat kesal bukan itu aja, tapi yang paling mengecewakan adalah pagi ini harusnya aku ada di kelas buat ngikutin kuis Listrik dan Magnet. Tapi dosennya malah gak terima dengan alasanku dan kondisiku yang terdampar di Jakarta gegara kabut asap. Alhasil, nilai kuisku kosong :”)
         Tiba di bandara, aku masuk ke ruang tunggu. Menunggu adalah sesuatu hal yang membosankan memang -.- Di ruang tunggu ini banyak banget orang-orang yang entah dari mana hendak kemana. Seorang ibu-ibu paruh baya datang mendekat. Ia menunjukkan tiketnya padaku. Lalu, ia bercerita bahwa ia hanya sendirian saja dan baru pertama kalinya naik pesawat sendirian pula. Jadi, ia meminta tolong agar boleh mengikutiku kemana pun aku pergi karena kebetulan pesawat yang kami tumpangi sama dan tujuannya sama yaitu ke Pekanbaru. Aku mengajak sang ibu untuk duduk di dekatku sambil menunggu informasi keberangkatan pesawat kami.
Awalnya udah feeling kalau pesawat bakal dicancel lagi, karena kata temen yang di Pekanbaru asap di Riau masih tebal. Dan dugaanku benar, penerbangan ke Pekanbaru hari itu dicancel lagi. Huaaaa ini artinya aku kembali harus terdampar di ibu kota yang super sumpek ini -.-  Jadi malam ini mau tidur dimana? Uang semakin tipis. Si ibu tadi juga ngikutin aku, gak mungkin aku bawa ke kost Tya lagi. Lagian uang buat ongkos taxi juga udah minim untuk balik lagi ke kost Tya.
Aku, si Ibu dan seniorku sepakat bahwa kami akan mengalihkan penerbangan menuju Padang esok pagi pkul 11.00 WIB. Karena kalau menunggu pesawat yang langsung menuju Pekanbaru akan lama dapat kepastian. Waktu ngurusin tiket, aku ketemu dengan Kak Iche, istrinya Bang Pay pelatih puisiku di kampus. Beliau ternyata juga bekerja di Angkasa Pura II Soetta ini. Kak Iche nawarin aku dan si Ibu buat tidur di kostnya aja malam ini. Gak lama kemudian, tiba-tiba si ibu bilang kalau dia punya keponakan yang bekerja di Angkasa Pura II Soetta ini. Sang ibu langsung nelfon keponakannya buat nganterin kita ke kost Kak Iche.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah Kak Iche aku gak tahu apa yang terjadi dan apa yang telah terlewatkan. Yap, sepanjang perjalanan aku tidur. Ini efek terlalu kecapean karena di PHP-in melulu sama pesawat buat balik ke Pekanbaru. Yang jelas, begitu bangun mobil yang mengantarkan kami sudah parkir di depan sebuah restoran(lupa namanya apa). Ternyata si keponakan ibu tadi mau traktir kami makan di sini. Mungkin ia tahu bahwa aku dan seniorku yang mahasiswa pasti kantongnya sudah tipis dan lelah seharian di bandara yang cukup membuat perut menjerit minta diisi malam ini secepatnya.
Usai makan malam, kami langsung menuju kost Kak Iche. Sampai di kamarnya, tanpa banyak melakukan aktivitas yang lain aku pun tertidur. Tertidur larut dalam kepenatan. Ini malam keduaku harus menginap tanpa rencana(lagi) di Jakarta setelah malam sebelumnya.
*Selasa, 20 Oktober 2015…
            Pagi-pagi usai sarapan, aku dan si ibu serta seniorku udah dijemput lagi oleh keponakannya si ibu semalam. Siang ini kami akan berangkat menuju Padang, tepat pukul 11.55 WIB. Berharap perjalanan kembali ke pulau Sumatera kali ini tidak tertunda lagi. Semoga.

Akhirnya, terbang...

            Alhamdulillah setelah kurang lebih 1 setengah jam menempuh perjalanan udara, akhirnya kami mendarat di Bandara Minang Kabau. Selang beberapa jam, travel yang sebelumnya sudah dipesan untuk menuju Pekanbaru menjemput kami. Aku kembali tidur sepanjang perjalanan. Tubuh rasanya terlalu capek. Tak kuhiraukan lagi pemandangan sepanjang perjalanan yang kulewati yang nyatanya pun kini pesonanya sudah tertutup kabut asap dari Riau. Aku akan tiba di Pekanbaru mala mini, sekitar pukul 23.00 WIB.

Arrived at Minang Kabau It'l Airport!

***
And after all, setelah nulis panjang lebar kayak cerpen gini, this is the final of the story. Ya, ceritanya udah selesai! (yap, dikit lagi bakalan selesai kok). Dari semua yang aku lewati ini sampai sekarang masih belum terpikir gimana bisa ini semua terjadi. So complicated! Entahlah, semuanya terjadi begitu saja dengan banyak mengukir cerita dan berbagai pelajaran. Jujur, mungkin dari semua perjalanan yang kulakukan, ini adalah perjalanan yang paling banyak memberikan pelajaran tersendiri. Mulai dari pelajaran-pelajaran berharga yang kudapat di Semarang, bertemu dengan orang-orang inspiratif, bertemu dengan saudaraku sendiri, bertemu dengan teman lama sampai bertemu dengan orang yang gak dikenal tapi akhirnya banyak membantu ketika aku delay dua hari di Bandara Soekarno Hatta.
Mungkin bagi kebanyakan peserta #YMF2105 , kegiatan #YMF ini adalah cerita tentang 4 hari di Semarang. Tapi tidak untukku. Lebih dari itu, ini adalah tentang sebuah pertemuan yang telah direncanakan Tuhan. Pertemuan dengan berbagai pengalaman selama dalam perjalanan. Pertemuan dengan tiap-tiap manusia yang membawa pelajaran dan nasihat tersendiri untukku. Semuanya dibungkus rapi melalui kegiatan Hatag for Nation, Youth Media Festival 2015!
 Syukur tiada henti pada Yang Maha Kuasa. Untuk Allah Swt yang selalu tahu apa yang aku butuhkan, kali ini DIA berikan aku banyak pelajaran. Satu hal yang pasti, di bawah langit Semarang DIA telah pertemukan aku dengan seseorang yang membawa jawaban atas pertanyaan yang selama ini aku pertanyakan. Setidaknya, satu pertanyaanku yang menjadi misteri bagiku sendiri setelah kepergian papa telah aku temukan meskipun belum sempurna terungkap.  

Fabiayyialaairabbikumatukadzibaan… :’) 

Here are some of moments :)

Bersama Himas Nur. penyair Semarang

2nd Grand Seminar

We are youth, we are agent of change!

Lagi belajar bahasa isyarat bersama BISINDO

Ini acara pembukaan apa penutupan? (lupa hahaa -_-)

Kalau lagi fokus hape begini n ih -.-

Lawang Sewu di malam hari

Meet 20years missing sister

Anak wisma PKBI punya :D 

Bersama mbak Nisa dari ISI :D

Sambutan ketua PKBI Jateng

Agung dan Lalang, dua lelaki yang selalu punya tingkah yang aneh tapi lucu. Mereka punya satu kesamaan, selalu ingat mantan setiap saat-_-

Bersama mas Fanbul, manager Hipwee Community

I am here!

Art party night!

Ini mas Al yang super duper keren, foundernya Kreanovator

Let's play dance 4life!

Apa pun posenya yang penting jepreeeeet :D

Galery komunitas di UDINUS

Self(ie)

Last night in YMF!

We are delegation from Riau :)


Gak bisa masuk ke dalam, di luar aja cukup :')

Lalank emang bakat buat ngambil photo :D

\
1st Grand Seminar

Aku namakan mereka "Keluarga" baruku :)

Hopefully I can meet you again, guys. See you on top! ^.^



3 komentar:

  1. Nooov, aku ganyangka ceritamu dibalik ceriamuu :""")
    Semangat ya Noov :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaaa mbak Fitriii :"") Hehe iya mbak, insyaallah sellau semangat. Semangat juga buat mbak di Jogja! :*

      Hapus
  2. " Fabiayyialaairabbikumatukadzibaan "
    Selalu berkarya dek, sukses selalu disetiap aktivitasnya, oh iya adek keasikan nulis sepertinya jd lupa tahunnya :),

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar..