Selasa, 20 September 2016

KKN Kebangsaan; 15 Warna, Satu Rasa di Pulau Bintan (Part 1)


            Memasuki bulan Mei tahun 2016. Mahasiswa/i semester 6 di kampusku sedang disibukkan dalam proses pendaftaran Kukterta (Kuliah Kerja Nyata). Dulu, di kampusku penyebutannya juga sama seperti kampus lain, KKN. Tapi 2 tahun belakangan terakhir namanya diganti menjadi Kukerta. Sama seperti mahasiswa lainnya, aku pun turut serta disibukkan dengan proses pendaftaran Kukerta secara online. Ini memang semester yang rasanya menguras tenaga! Baru aja riweh dengan proses Pemilihan Mahasiswa Berprestasi, sekarang harus riweh lagi dengan prosesi pendaftaran Kukerta. Tapi selow aja jalanin semuanya, bersyukur! Alhamdulillah…
Pendaftaran online Kukerta di kampusku dilakukan melalui website Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Riau. Tidak jarang websitenya eror karena banyak yang akses. Antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya pun seperti sedang lomba lari. Adu kecepatan akses internet untuk membuka portal dan adu kecepatan untuk berhasil mendaftar pada desa yang diinginkan. Setelah ikut berpacu via portal sama seperti teman yang lainnya, akhirnya namaku tercantum menjadi pendaftar Kukerta di Desa Pergam, Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis. Aku sengaja memilih lokasi kepulauan karena memang ingin lebih mengenal kehidupan masyarakat pesisir. Maklum, sejak kecil aku tinggal di daerah Riau daratan. Jadi ingin sekali rasanya merasakan kehidupan pesisir.
            Di sisi lain, sebenarnya sejak tahun 2015 aku sudah menargetkan harus bisa ikut KKN-K (Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan). Meskipun begitu, aku harus tetap terdaftar dulu di Kukerta Reguler sebagai persiapan jika nanti misalnya tidak lulus seleksi KKN Kebangsaan. Keinginan untuk bisa bergabung di KKN Kebangsaan bukan tanpa motivasi. Banyaknya seniorku yang menjadi peserta KKN-K tahun 2015 yang kebetulan saat itu tuan rumah pelaksanaannya adalah Provinsi Riau menjadi motivasi bagiku untuk bisa menjadi salah satu delegasi UNRI di tahun 2016. Beberapa kali aku bolak-balik ke LPPM mencari tau informasi pendaftaran KKN-K 2016, tapi belum ada. Aku juga bertanya ke sana kemari terus mencari informasi dari senior atau pun teman-teman lain. Ternyata di penghujung Bulan Mei, pengumuman seleksi KKN-K di kampusku diumumkan. Uwo! Aku antusias menyambut kabar ini. Segera kuurus semua berkas untuk seleksi.
            Sekitar selang satu bulan, pengumuman peserta KKN-K 2016 dilampirkan via website LPPM UNRI. Alhamdulillah, Allah SWT takdirkan namaku tercantum di sana. Syukur, syukur! Betapa baiknya Allah menjadikanku salah satu dari 50 peserta se-UNRI yang terpilih. Di sisi lain kesyukuranku ini, beberapa teman-teman Kukerta ku di Desa Pergam sangat menyayangkan kelulusanku di KKN Kebangsaan. Ya, wajar. Sebab sebelumnya kami sudah sempat beberapa kali berkoordinasi dan bersilaturahmi via grup line yang dibuat khusus tim Desa Pergam. Ketika lulus KKN Kebangsaan, artinya Kukerta ku di Desa Pergam batal. Yap, artinya tim ini akan kehilanganku sebagai salah satu anggotanya. Aku memohon maaf ke teman-teman tim Desa Pergam karena tidak jadi satu tim pengabdian. Mereka pun memaklumi dan kami saling mendo’akan agar bisa saling sukses mengabdi meskipun tidak satu tim.
Ada beberapa nama dari FKIP yang dinyatakan lolos sebagai peserta KKN Kebangsaan dan namaku satu-satunya dari Pendidikan Fisika. Allah SWT Maha Baik! Salah satu targetanku di tahun 2015 tercapai di tahun ini. Impianku di tahun 2014 yang ingin kembali menginjakkan kaki di Kepulauan Riau akan diwujudkan Allah Swt di tahun ini. Ya, tuan rumah KKN-K 2016 adalah Provinsi Kepulauan Riau! Sebuah provinsi yang kaya potensi bahari dan menawarkan pesona maritime nan elok membuatku bertekad harus bisa mengunjunginya kembali. Di tahun 2014, aku menjejaki kaki di Kepulauan Riau sebagai delegasi Riau dalam kompetisi pidato remaja se-Sumatera. Tahun 2016 kembali Allah Swt mengirimku ke sana melalui KKN Kebangsaan. Alhamdulillah ala kulli hal …

Kamis, 30 Juni 2016

MAWAPRES Utama UR : Buah Penantian 1 Tahun, Perjuangan 3 Tahun (Part 2-selesai)


            Kurang lebih setelah dua minggu proses pemilihan Mawapres tingkat fakultas, selanjutnya akan dilaksanakan proses pemilihan Mawapres tingkat universitas. Berbeda dengan tahun 2015, kali ini hanya akan dilangsungkan penilaian berkas dan presentasi Karya Tulis Ilmiah. Tidak ada lagi sesi outbond, focus group discussion dan wawancara dengan psikolog seperti Pemilihan Mawapres di tahun 2015. Pasalnya, pihak kemahasiswaan di rektorat kekurangan dana. Entah benar atau tidak permasalahannya tentang dana, tapi ikuti saja aturan dari mereka.
            Sama seperti tahun 2015, dewan juri yang menilai KTI dan presentasinya ada empat orang ditambah dengan satu orang juri penilaian berkas administrasi bukti preetasi. Aku berharap juri di tahun lalu juga menjadi juri di tahun ini. Sebab, Karya Tulis Ilmiah yang kubuat adalah tantangan dari juri di tahun 2015. Namun, aku tidak menemukan wajah juri tersebut di tahun ini. But, it doesn’t matter. Bismillahirrahmanirrahiim, semoga para dewan juri pun menyukai Karya Tulis Ilmiah yang kubuat.
            Dalam rentang waktu dua minggu jeda antara seleksi tingkat fakultas dan universitas, aku mencoba untuk merevisi dan membaca ulang KTI ku. Memang tidak banyak yang direvisi, karena tidak banyak koreksian dari dewan juri saat seleksi di tingkat fakultas. Aku juga kembali memesan ke percetakan buku untuk mencetak buku PIL sebagai produk KTI ku. Karena kemarin aku hanya memesan sesuai jumlah dewan juri yang di tingkat fakultas saja.
            Bismillah, presentasi KTI tingkat universitas berlangsung pada tanggal 19-20 April 2016. Aku mendapatkan giliran tampil pada hari kedua dengan nomor urut 15. Alhamdulillah, presentasi berjalan dengan lancar. Respon dari dewan juri pun sangat bagus. Dari empat dewan juri yang menguji, tiga diantaranya memberikan komentar positif dengan kalimat semacam memberi kode bahwa aku akan menjadi pemenang dalam kompetisi ini.
“ Your presentation is very good . . . .”
“ I hope you will be the winner of this competition . . . “
“ Saya tidak memberikan komentar. Kamu sudah menampilkan yang terbaik. Good luck. . .”
            Aku lega dengan semua respon yang telah diberikan oleh dewan juri. Dari semua peserta yang sudah tampil, baru penampilanku yang diberi komentar seperti itu. Sempat ada rasa percaya diri bahwa aku akan menang dalam kompetisi tersebut. Namun, percaya diri saat itu goyah ketika penampilan undian terakhir juga mendapatkan respon yang sama dengan penampilanku. Muhammad Abrar, mahasiswa dari Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2013 juga mampu menarik simpati para dewan juri lewat KTI nya tentang sandal yang dibuat dari biji buah para. Hah, serahkan saja semuanya pada Allah Swt…
            Setelah proses seleksi Mawapres berlalu, seperti biasanya akan ada jeda rentang waktu antara seleksi dengan penganugrahan. Dalam rentang waktu ini, panitia juga membuat sistem voting di media sosial (facebook) untuk pemilihan Mahasiswa Berprestasi Favorite. Masing-masing finalis saling berlomba mengajak rekan-rekannya untuk memberikan like pada foto yang diunggah panitia, termasuk aku. Aku mulai melakukan kampanye untuk vote ke semua grup media sosial yang kumiliki.
Acara penganugrahan kabarnya akan dilangsungkan pada tanggal 02 Mei 2016, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional. Namun, ada kendala. Panitia dari pihak URC (Universitas Riau Cendekia) mengatakan bahwa tidak ada acara puncak penganugrahan seperti tahun sebelumnya. Permasalahannya klasik, pihak rektorat tidak memiliki dana untuk melangsungkan acara penganugrahan seperti tahun 2015 lalu. Kabarnya, pengumuman hasil Mawapres hanya akan diumumkan di lapangan upacara rektorat saat upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional. Yang diumumkan hanya Mawapres Utama, 2 dan 3 saja. Sedangkan dari pihak panitia URC dan dewan juri juga sudah mempersiapkan penghargaan untuk Mawapres Kategori Best KTI, Best Bahasa Asing dan Mawapres Favorite. Namun, rancangan proses penganugrahan yang telah dirancang panitia URC ditolak oleh pihak kemahasiswaan.

Jumat, 10 Juni 2016

Mengejar Sertifikat Nasional ke Kota Padang!

        


         Seperti biasanya, sebelum mulai mengerjakan tugas-tugas kuliah atau mengulang materi pembelajaran di kampus, aku menyempatkan diri untuk membuka halaman facebook. Kali ini bukan iseng baca timeline orang-orang di facebook. Tapi targetannya adalah “cari event tingkat nasional”! Ya, ini sudah Bulan April mendekati Mei. Seleksi awal tingkat nasional Pilmapres (Pemilihan Mahasiswa Berprestasi) 2016 akan mulai dilaksanakan. Aku masih punya waktu untuk mencari sertifikat nasional dari kegiatan nasional agar menjadi tambahan nilai ketika seleksi administrasi Pilmapres nasional nanti.
            Selang beberapa menit melihat-lihat halaman facebook, aha! Akhirnya aku menemukan sebuah pamflet berisi informasi pelatihan pemuda nasional. School for Nation Leaders. Begitu nama kegiatannya. Penyelenggaranya adalah Forum Negarawan Muda. Hmmm organisasinya bukan organisasi yang kukenal. Tapi, sepertinya ini kegiatan bagus. Ditambah lagi ada beberapa pilihan kota jika ingin mendaftar event ini. Kabar baiknya, salah satu kota di Pulau Sumatera masuk dalam daftar penyelenggara. Kota Padang! Wow, ini kesempatan bagus. Karena kalau misalnya aku lolos seleksi, maka kemungkinan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar seperti saat kegiatan di Pulau Jawa. Insyaallah pihak kampus akan lebih berkenan untuk membantu.
Setelah membaca seluruh peraturan di pedoman websitenya, aku tekadkan untuk segera mendaftar dan melengkapi seluruh isian form pendaftaran. Secara umum, isian data yang diminta adalah data diri, prestasi dan pengalaman organisasi serta beberapa pertanyaan yang meminta jawaban berupa essay singkat. Kurang lebih 2 hari waktu yang kuhabiskan untuk fokus melakukan pendaftaran. Bismillahirrahmanirrahiim…
***

            Beberapa minggu berlalu pasca melakukan pendaftaran, akhirnya pengumuman pun tiba. Yeay! Namaku masuk dalam salah satu list peserta yang dinyatakan lolos dan berhak untuk mengikuti School for Nation Leaders pada tanggal 30 Mei-02 Juni 2016. Tidak hanya namaku, ada beberapa nama yang juga kukenal dinyatakan lolos sebagai peserta. Ada Bang Teguh Pambudi, Kak Nurjamaliah, Bang Harry Novar. Sederet nama yang kukenal itu memang termasuk event hunters. Good, ada teman! Next, aku segera mengurusi proposal permohonan bantuan dana ke Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Riau. Berbekal proposal yang sudah disediakan panitia, kuedit sedikit lalu aku coba usulkan proposal tersebut ke rektorat.
            Awalnya sempat was-was kalau gak bakal dapat bantuan dana partisipasi dari Kemahasiswaan Rektorat. Karena setauku sudah banyak mahasiswa FKIP yang menggunakan anggaran dana tersebut untuk mengikuti kegiatan/perlombaan ke luar. Tapi betapa beruntungnya aku saat itu. Benar saja, kalau sudah rezekinya insyaallah gak akan kemana. Sisa anggaran partisipasi mahasiswa saat itu kurang lebih Rp750.000. Saat kuminta Kak Dian (staff Kemahasiswaan) mengecek berapa anggaran untuk mahasiswa jika ingin ikut kegiatan di Pulau Sumatera, jawabannya adalah Rp750.000. Aha! Masya Allah.. Alhamdulillah, ini rezekiku. Tanpa proses terlalu panjang proposalku masuk ke meja Kabag Sarana dan Prasarana untuk diproses. Berselang seminggu, proposalku di ACC oleh Pak Syafrial, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan. Ini artinya aku mendapatkan bantuan untuk kegiatan ini. Alhamdulillah ala kulli hal …
***

Jumat, 20 Mei 2016

MAWAPRES Utama UR : Buah Penantian 1 Tahun, Perjuangan 3 Tahun (Part 1)

Tentang cita, perjuangan dan pengorbanan…
****


            Masih ingat ceritaku tahun lalu? Tentang Mawapres ; Seribu Cerita. Bisa dibaca kembali pada link ini : http://tengkunoveniayahya.blogspot.co.id/2015/05/mawapres-seribu-cerita-berjuta-makna_14.html .Benar kata orang-orang bahwa mimpi yang kita tuliskan, jika kita pelihara dan kita jaga pada akhirnya Tuhan akan memeluk mimpi tersebut menjadi nyata.

            Kekalahanku pada tahun 2015 pada kompetisi Mahasiswa Berprestasi Universitas Riau tahun 2015 lalu tidak membuatku patah semangat dan menyerah. Posisi ke-5 di tingkat universitas saat itu lantas tidak membuatku berhenti berjuang. Justru ia menjelma menjadi mimpi dan targetan baru yang harus aku capai di tahun 2016.

            Berbekal pengalaman di tahun 2015, aku kembali memberanikan diri untuk mencoba mengikuti pemilihan Mahasiswa Berprestasi Universitas Riau tahun 2016. Seperti biasa, ada beberapa tahap yang harus aku lalui, dimulai dari tingkat fakultas. Seperti biasa juga, bukan Novi namanya kalau mengerjakan sesuatu dengan persiapan dari jauh-jauh hari (red: selalu jadi dateliner). Maaf, yang ini adalah kebiasaan yang tidak baik untuk dicontoh :’) Tapi kata orang-orang sih namanya mahasiswa emang begitu, The Power of Kepepet :’)

            Jadi sebenarnya sejak semester ganjil 2015/2016, aku sudah mulai berpikir apa saja yang harus dipersiapkan seperti mulai gencar mengikuti kompetisi atau program ke luar kampus supaya mendongkrak nilai prestasi, kemudian mulai berpikir topik apa yang akan dijadikan Karya Tulis Ilmiah untuk mengikuti pemilihan mawapres nanti. Berbicara masalah prestasi, untuk ikut kompetisi sebenarnya sudah naluri sejak dulu. Bukan hanya semata-mata untuk dapetin mawapres sih, tapi memang rasanya kompetisi itu adalah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk membuka wawasan lebih luas dan meng-upgrade potensi diri. Sejak semester ganjil aku juga sudah mulai berusaha mencari program atau international conference agar nanti di CV ku tertera prestasi internasional. Alhamdulillah di tahun 2015 ada dua LoA program internasional, yang satu ke Thailand dan satunya lagi ke Bangladesh. Tapi malangnya, kedua-duanya tidak jadi berangkat. Yang ke Thailand dikarenakan kendala dana (as you know lah kampus Universitas Riau masih minim perhatian untuk program seperti ini), dan yang ke Bangladesh acaranya dibatalkan karena di sana lagi ada konflik yang gak kunjung selesai. Alhasil, sepertinya Allah Swt belum mengizinkanku untuk menginjakkan kaki di luar negeri. Aku yakin, pasti ada rencana yang jauh lebih indah yang dipersiapkan-Nya untukku.