Kamis, 30 Juni 2016

MAWAPRES Utama UR : Buah Penantian 1 Tahun, Perjuangan 3 Tahun (Part 2-selesai)


            Kurang lebih setelah dua minggu proses pemilihan Mawapres tingkat fakultas, selanjutnya akan dilaksanakan proses pemilihan Mawapres tingkat universitas. Berbeda dengan tahun 2015, kali ini hanya akan dilangsungkan penilaian berkas dan presentasi Karya Tulis Ilmiah. Tidak ada lagi sesi outbond, focus group discussion dan wawancara dengan psikolog seperti Pemilihan Mawapres di tahun 2015. Pasalnya, pihak kemahasiswaan di rektorat kekurangan dana. Entah benar atau tidak permasalahannya tentang dana, tapi ikuti saja aturan dari mereka.
            Sama seperti tahun 2015, dewan juri yang menilai KTI dan presentasinya ada empat orang ditambah dengan satu orang juri penilaian berkas administrasi bukti preetasi. Aku berharap juri di tahun lalu juga menjadi juri di tahun ini. Sebab, Karya Tulis Ilmiah yang kubuat adalah tantangan dari juri di tahun 2015. Namun, aku tidak menemukan wajah juri tersebut di tahun ini. But, it doesn’t matter. Bismillahirrahmanirrahiim, semoga para dewan juri pun menyukai Karya Tulis Ilmiah yang kubuat.
            Dalam rentang waktu dua minggu jeda antara seleksi tingkat fakultas dan universitas, aku mencoba untuk merevisi dan membaca ulang KTI ku. Memang tidak banyak yang direvisi, karena tidak banyak koreksian dari dewan juri saat seleksi di tingkat fakultas. Aku juga kembali memesan ke percetakan buku untuk mencetak buku PIL sebagai produk KTI ku. Karena kemarin aku hanya memesan sesuai jumlah dewan juri yang di tingkat fakultas saja.
            Bismillah, presentasi KTI tingkat universitas berlangsung pada tanggal 19-20 April 2016. Aku mendapatkan giliran tampil pada hari kedua dengan nomor urut 15. Alhamdulillah, presentasi berjalan dengan lancar. Respon dari dewan juri pun sangat bagus. Dari empat dewan juri yang menguji, tiga diantaranya memberikan komentar positif dengan kalimat semacam memberi kode bahwa aku akan menjadi pemenang dalam kompetisi ini.
“ Your presentation is very good . . . .”
“ I hope you will be the winner of this competition . . . “
“ Saya tidak memberikan komentar. Kamu sudah menampilkan yang terbaik. Good luck. . .”
            Aku lega dengan semua respon yang telah diberikan oleh dewan juri. Dari semua peserta yang sudah tampil, baru penampilanku yang diberi komentar seperti itu. Sempat ada rasa percaya diri bahwa aku akan menang dalam kompetisi tersebut. Namun, percaya diri saat itu goyah ketika penampilan undian terakhir juga mendapatkan respon yang sama dengan penampilanku. Muhammad Abrar, mahasiswa dari Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2013 juga mampu menarik simpati para dewan juri lewat KTI nya tentang sandal yang dibuat dari biji buah para. Hah, serahkan saja semuanya pada Allah Swt…
            Setelah proses seleksi Mawapres berlalu, seperti biasanya akan ada jeda rentang waktu antara seleksi dengan penganugrahan. Dalam rentang waktu ini, panitia juga membuat sistem voting di media sosial (facebook) untuk pemilihan Mahasiswa Berprestasi Favorite. Masing-masing finalis saling berlomba mengajak rekan-rekannya untuk memberikan like pada foto yang diunggah panitia, termasuk aku. Aku mulai melakukan kampanye untuk vote ke semua grup media sosial yang kumiliki.
Acara penganugrahan kabarnya akan dilangsungkan pada tanggal 02 Mei 2016, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional. Namun, ada kendala. Panitia dari pihak URC (Universitas Riau Cendekia) mengatakan bahwa tidak ada acara puncak penganugrahan seperti tahun sebelumnya. Permasalahannya klasik, pihak rektorat tidak memiliki dana untuk melangsungkan acara penganugrahan seperti tahun 2015 lalu. Kabarnya, pengumuman hasil Mawapres hanya akan diumumkan di lapangan upacara rektorat saat upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional. Yang diumumkan hanya Mawapres Utama, 2 dan 3 saja. Sedangkan dari pihak panitia URC dan dewan juri juga sudah mempersiapkan penghargaan untuk Mawapres Kategori Best KTI, Best Bahasa Asing dan Mawapres Favorite. Namun, rancangan proses penganugrahan yang telah dirancang panitia URC ditolak oleh pihak kemahasiswaan.

Kabar ini seketika memanas di kalangan finalis Mawapres UR 2016. Banyak yang tidak setuju dengan kebijakan yang diambil oleh pihak kemahasiswaan. Bukankah alokasi anggaran untuk kegiatan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi setiap tahunnya ada? Lantas kenapa dana yang menjadi permasalahan? Termasuk pun aku, berpikir demikian. Beberapa dari finalis menyarankan agar ketika acara pengumuman di lapangan rektorat tanggal 02 Mei itu tidak usah datang. Entah dari mana asal mulanya usulan itu muncul, namun beberapa finalis menyepakatinya. Hingga tibalah pada tanggal 02 Mei. Sehari sebelumnya, pihak kemahasiswaan sudah memberitahukan agar seluruh finalis Mahasiswa Berprestasi 2016 hadir dalam kegiatan upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang diselenggarakan di lapangan rektorat Universitas Riau. Di grup WhatsApp finalis Mawapres terjadi perdebatan seolah-olah terbagi menjadi dua kubu. Ada yang berpendapat bahwa tidak usah datang ke acara di tanggal 02 Mei tersebut agar Bapak Wakil Rektor III beserta jajarannya malu di hadapan rektor dan seluruh peserta upacara nanti. Ada juga yang berpendapat bahwa tetap saja datang, karena tugas kita sebagai peserta ya mengikuti instruksi dari pihak kemahasiswaan.
Perdebatan cukup sengit dengan berbagai alasan yang pro dan kontra terus terjadi di grup WhatsApp. Aku sendiri, termasuk yang berpikiran bahwa tetap saja datang di upacara tersebut. Karena, menurutku yang paling penting dari Mawapres bukan tentang semewah apa penghargaan yang diberikan, tapi proses yang telah dilalui untuk mencapai tahap Mawapres itulah yang paling penting. Ya, sejujurnya aku pun kecewa dengan pihak kemahasiswaan yang tidak mengadakan acara penganugrahan seperti tahun 2015 dengan alasan meminimalisir dana. Tapi, jika tidak datang di upacara hanya karena tidak ada acara penganugarahan semewah tahun lalu dan berharap agar wakil rektor bidang kemahasiswaan malu di hadapan rektor bukankah itu ego tinggi ingin dihargai? Ego yang meminta agar diangkat tinggi-tinggi melalui penghargaan yang mewah. Padahal bukan itu esensi dari Mawapres menurutku. Kendati pun jika hal itu terjadi, yang ada justru akan makin banyak masalah yang timbul. Imbas yang akan terjadi ialah pihak URC dan seluruh finalis akan dipanggil pihak kemahasiswaan dan akan dimarahi serta tidak menutup kemungkinan akan berimbas pada tidak kepedulian pihak kemahasiswaan lagi terhadap kegiatan Mawapres ini.
Pagi itu, di tanggal 02 Mei aku masih ragu untuk datang atau tidak ke upacara tersebut. Pikiranku tidak lagi memikirkan apakah aku menang atau tidak. Namun, yang aku pikirkan adalah langkah apa yang paling tepat untuk kuambil hari itu. Jika datang, maka mungkin akan dianggap egois oleh beberapa teman yang tidak setuju. Jika aku tidak datang dan seandainya semua finalis tidak datang, maka nama fakultas masing-masing termasuk FKIP yang akan menjadi jelek sebab pasti Wakil Dekan III nya akan dipanggil untuk menghadap kemahasiswaan. Aku menangis sambil menelepon Kak Elysa yang masih melakukan pengabdian di salah satu Desa di Pelalawan.
“ Pergilah, Dek. Sebab saat seperti inilah kebijakan dan kecerdasan dalam mengambil keputusan yang dituntut. Cari posisi aman. Jangan menambah masalah. Kalau kalian tidak datang, justru di situ nanti akan muncul lagi masalah baru”, suara kak Elysa dengan nada lembut di seberang telepon.
Bismillah, aku akan datang..

Suasana di tengah terik matahari menunggu pengumuman

            Tiba di halaman rektorat, aku bertemu beberapa finalis lainnya yang ternyata juga sepemikiran denganku. Jumlah kami 10 orang, setengah dari jumlah keseluruhan finalis semuanya. Singkat saja, setelah pidato oleh rektor selesai, MC mengumumkan nama-nama pemenang Mahasiswa Berprestasi Universitas Riau 2016. Saat MC mulai membacakan kalimat awal surat keputusan rektor tersebut, baru jantungku berdegup kencang. Aku baru menyadari bahwa ini saat yang harusnya ditunggu-tunggu. Tersebab konflik pro dan kontra tentang acara penganugrahan itu, aku hampir tidak memikirkan lagi tentang apakah aku berhasil atau tidak di kompetisi ini. MC satu-satu menyebutkan nama pemenang. Namaku disebut sebagai pemenang pertama dan diminta untuk maju bersama pemenang lainnya ke barisan yang sudah disediakan.
            Bapak rektor memberikan selempang, piala dan sterofoam yang bertuliskan nominal hadiah yang didapatkan. Mataku merah, air mataku perlahan keluar. Perjuanganku tidak sia-sia. Meskipun tidak ada sorak-sorai teman-temanku seperti di tahun 2015 lalu, aku tetap mensyukuri ini semua. Alhamdulillah…

Penyerahan selempang dari Rektor Universitas Riau

Penyerahan piala dan hadiah dari Rektor Universitas Riau

Sesaat setelah diberikan hadiah
         
Usai proses pemberian hadiah oleh rektor Universitas Riau, upacara ditutup dengan do’a. Di musholla rektorat Universitas Riau, telah berkumpul beberapa finalis lainnya yang tidak datang pada upacara tadi. Di sana juga hadir beberapa senior Mawapres sebelumnya. Satu persatu mereka mengucapkan selamat meskipun suasana masih agak dingin dikarenakan mungkin efek perdebatan yang terjadi di grup. Selanjutnya, kami berdiskusi di depan musholla dan merencanakan untuk audiensi dengan rektor terkait kekecewaan atas tidak adanya penganugrahan Mawapres di tahun ini. Alhamdulillah, Bapak rektor bersedia ditemui. Pihak URC, pemenang Mawapres UR 2016 dan beberapa senior Mawapres sebelumnya masuk ke ruangan Rektor. Di ruangan ber-AC nan cukup mewah itu kami dijamu dengan beberapa makanan dan minuman. Alhamdulillah sambutan Bapak rektor cukup baik. Satu persatu unek-unek kami sampaikan dan evaluasi kegiatan Pemilihan Mawapres di tahun ini kami sampaikan. Di akhir diskusi, Bapak rektor berjanji akan mengevaluasi kegiatan ini di pihak rektorat dan juga berjanji akan menerima saran dan masukan yang telah kami sampaikan untuk perbaikan kegiatan Pemilihan Mawapres UR di tahun depan. 
            Selang beberapa jam setelah audiensi dengan rektor Universitas Riau, panitia dari URC mengirimkan rekapitulasi nilai dan rekapitulasi data pemenang Mawapres 2017 melalui grup WhatsApp Mawapres 2017. Dari rekapan nilai yang disajikan dalam Microsoft Excel tersebut dapat dilihat persentase nilai yang diberikan oleh dewan juri dari semua kriteria yang telah ditetapkan. Alhamdulillah di samping namaku juga tertulis apresasi sebagai Best KTI dan Mawapres Favorite yang dihitung dari hasil vote di media sosial. Sedangkan kategori Best Bahasa Asing diperoleh oleh Mawapres asal Fakultas Kedokteran. Namun sayangnya, apresiasi kategori ini tidak diumumkan ketika upacara tadi. Tapi tak mengapa, setidaknya semua peserta sudah tau kini masing-masing nilainya. Alhamdulillah…
            Usai dinyatakan sebagai Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Riau 2016 melalui pengumuman saat upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional di rektorat Universitas Riau, satu persatu ucapan selamat datang baik dari rekan di kampus atau pun rekan yang menyapa dari kejauhan via media sosial. Tak lupa aku juga mengabari mama. Suaranya di seberang telefon mengucapkan selamat sekaligus mengucapkan terima kasih. Harusnya aku yang berterima kasih sebab berkat do’anyalah aku bisa sampai di titik ini. Namun, ia pasti selalu bilang : “ terima kasih karena sudah membuat mama bangga dengan prestasi yang Novi punya”.
Beberapa teman dan juniorku di Pendidikan Fisika menyambutku dengan hangat ketika aku datang ke hima dengan membawa selempang dan piala. Sebagian dari mereka juga menyatakan kekecewaannya kenapa tidak memberi kabar bahwa hari ini pengumuman Mawapres. Aku hanya tersenyum simpul. Batinku bilang : ah, andai kalian tau apa yang sebenarnya terjadi –
***
Setelah dinyatakan sebagai Mawapres Utama UR 2016, tugasku belum  selesai. Aku harus melanjutkan perjuangan untuk seleksi Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional. Aku paham peluang untuk bisa lolos ke 16 besar nasional sangat kecil. Sebab, jika dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa di kampus yang ada di Pulau Jawa, dari segi prestasi tentu sudah kalah. Tapi ini tidak masalah. Yang aku tau aku harus terus berjalan, berbuat yang terbaik semampuku.
Rentang waktu pengumuman di tingkat universitas dengan dateline pengumpulan berkas nasional kurang lebih satu bulan lamanya. Tanggal 5 Juni 2016 seluruh berkasku harus sudah diunggah di portal mawapres.dikti.go.id. Dalam rentang waktu itu pula aku kembali melakukan revisi KTI ku. Tidak hanya meminta saran dari dosen pembimbing, tapi aku juga mencoba memberanikan diri menghubungi beberapa mawapres nasional tahun 2015 untuk meminta arahan. Modal nekad, searching nama finalis mawapres nasional 2015 kemudian add semua media sosialnya. Setelah mencoba mempertimbangkan beberapa hal, aku memutuskan untuk menghubungi Kak Ikrom Mustafa, Mawapres 2 Nasional tahun 2016. Sebelumnya, aku sudah pernah mendengar nama beliau dari beberapa senior mawapres lainnya. Ternyata beliau putra asli Riau asal Pelalawan yang menempuh pendidikan kuliahnya di Institut Pertanian Bogor. Belum pernah jumpa sebelumnya, tapi mencoba nekad meminta tolong agar ia mau mengoreksi KTI mawapresku. Sama seperti saat nekad meminta KTI bg Azhari Setiawan (Mawapres Utama UR 2014) saat pertama kali mengikuti Mawapres di tahun 2015 lalu. Menurutku modal nekad mencari informasi dan mau belajar langsung pada yang ahli harus dimiliki jika kita benar-benar ingin maksimal dalam mencapai sesuatu. Meskipun belum pernah jumpa dengan Kak Ikrom Mustafa secara langsung, tapi Alhamdulillah beliau sangat rendah hati dan mau mengoreksi Karya Tulis Ilmiahku. Satu persatu paragraf dari KTI ku diberi komentar. Tiap komentar dan apa yang disarankan oleh Kak Ikrom, aku coba untuk merevisinya di KTI ku.


Buku PIL yang merupakan produk dari KTI ku
Selanjutnya aku juga meminta saran pertimbangan tentang prestasi yang diprioritaskan untuk dimasukkan ke dalam berkas pendaftaran nasional kepada Kak Jawwad, Mawapres Utama Universitas Brawijaya yang merupakan finalis Mawapres Nasional 2015. Beliau pernah menjadi narasumber dalam seminar How To Be The Most Outstanding Student yang diadakan oleh M-URC (Mawapres Universitas Riau Community) 2015 dan URC di Bulan November 2015. Alhamdulillah beliau juga orang yang humble dan low profile. Beliau tidak keberatan memberikan saran dan masukan.
Setelah bagian KTI dan berkas prestasi beres, selanjutnya aku juga memberanikan diri meminta bantuan kepada Kak Budi Waluyo untuk memeriksa summary KTI ku dalam Bahasa Inggris. Aku mengenal Kak Budi hanya melalui media sosial. Ia adalah mentor di Sekolah TOEFL, salah satu sekolah gratis TOEFL via online yang kini siswanya sudah ribuan orang. Kak Budi sendiri kini sedang menempuh pendidikan PhD nya Amerika Serikat melalui beasiswa Fullbright. Alhamdulillah, meski pun tidak pernah bertemu sebelumnya, beliau orangnya humble dan mau membantu mengoreksi summary Karya Tulis Ilmiahku.
Setelah beres menyelesaikan bagian karya tulis ilmiah, summary dan berkas prestasi maka selanjutnya adalah membuat video dengan durasi maksimal 7 menit. Video ini juga merupakan bagian dari seleksi tahap awal nasional untuk mengukur kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris. Pembuatan video dimulai dari pembuatan script, shoot dan editing. Awalnya aku berniat untuk menggunakan jasa videographer professional dalam pembuatan video Mawapres ini. Tapi, ketika hal ini kuajukan ke pihak rektorat, katanya tidak ada dana. Aku disuruh mandiri untuk melakukan semuanya. Ya, dana pasti menjadi alasan klasik di birokrasi kampus. Hah! Baiklah, aku paham. Aku akan mencoba melakukan yang terbaik semampuku!
Akhirnya aku meminta bantuan kepada salah satu juniorku, Tika Elviana yang merupakan mahasiswi Pendidikan Fisika angkatan 2015. Bermodalkan kamera DSLR dan sebuah tripot, aku dan Tika melakukan shoot video di hari Jum’at. Cukup melelahkan. Butuh waktu kurang lebih setengah hari untuk mengambil bahan mentah video yang akan dijadikan berdurasi 7 menit nantinya. Lokasi yang kami gunakan ialah rektorat Universitas Riau dan sekitarnya.


Baca script saat proses pengambilan video
Usai mengambil bahan mentah video, selanjutnya adalah proses editing. Ya, ini belum selesai! Aku bukan ahli dalam editing video meskipun di kampus selalu diamanahkan bekerja di bagian Kominfo Badan Eksekutif Mahasiswa. Tapi demi memaksimalkan usaha, aku harus belajar untuk bagian ini. Tidak ada yang tidak bisa jika mau berusaha, kan? Bismillah, bahan video yang sudah ada satu persatu kugabungkan dan kuedit sendiri menggunakan aplikasi Vegas yang kuminta dari temanku, Januarti. Semuanya kulakukan dengan belajar otodidak. Sesekali aku bertanya ke teman-teman yang ahli video dan juga melakukan googling. Sempat terpikir ingin meminta bantuan teman untuk mengedit video ini, tapi banyak yang sibuk dengan tugas dan persiapan Ujian Tengah Semester. Maka, semampuku semuanya kukerjakan sendiri dan menghasilkan video berdurasi kurang lebih 7 menit. Selanjutnya, ku minta youtube channel Kemahasiswaan Universitas Riau melalui Kak Dian yang merupakan salah seorang staff di Kemahasiswaan UR, lalu video tadi kuunggah. Bismillahirrahmanirrahiim…
***
Setelah semuanya aku lakukan untuk memenuhi persyaratan awal seleksi nasional, seluruh berkas untuk seleksi awal Mawapres tingkat nasional berhasil kuunggah selum deadline yang ditentukan oleh Kemenristekdikti. Aku tidak berharap banyak untuk bisa lolos menjadi finalis nasional dan melaju ke tahap wawancara dan presentasi di hadapan para juri nasional. Sebab, aku pun mampu mengukur kemampuan diri yang masih sangat jauh dari kata layak prestasinya jika dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya dari universitas-universitas ternama. Hal terpenting bagiku, aku sudah berusaha semaksimal mungkin meskipun semuanya dilakukan serba sendirian tanpa ada pendampingan/pembinaan khusus dari pihak kampus.
Benar saja, selang dua minggu proses pengunggahan berkas, keluarlah pengumuman 16 nama finalis yang dinyatakan lolos melaju ke tingkat nasional. Hanya ada satu finalis yang lolos dari Pulau Sumatera, Mawapres dari Universitas Sumatera Utara. Selebihnya, finalis berasal dari universitas-universitas di Pulau Jawa. Huffth, akhirnya tugasku selesai untuk tahap kompetisi.
Tidak lolos menjadi finalis Mawapres Nasional tidak menyurutkan semangatku untuk berkontribusi bagi kampus tempatku menimba ilmu kini. Sejatinya, banyak pelajaran yang aku dapatkan dari ajang ini. Bahwa Mawapres bukanlah sekedar kompetisi sama seperti perlombaan lainnya. Tapi, Mawapres adalah tanggung jawab moral yang setiap harinya ada pertanyaan yang harus dijawab : “Pantaskah saya disebut sebagai Mawapres?”. Maka, tugasku adalah harus bisa menjawab pertanyaan ini melalui kontribusi-kontribusi nyata agar bisa bermanfaat bagi kampus dan mahasiswa lainnya.
Aku menghela nafas. Lega, haru, bahagia melebur menjadi satu. Tiada hentinya mengucap syukur kepada Allah Swt yang telah menakdirkan Mawapres menjadi salah satu perjalanan dalam hidupku. Betapa banyak arti perjuangan yang kudapatkan dari ajang ini yang tidak akan mungkin aku dapatkan dalam kompetisi atau ajang perlombaan lainnya. Banyak perubahan positif yang aku rasakan lewat proses panjang ini. Belajar untuk berjuang lebih, belajar untuk mandiri, belajar untuk berbagi dan belajar untuk tidak pernah berhenti belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
***
Terimakasih. Terimakasih banyak untuk seluruh pihak yang telah mengantarkanku sampai sejauh ini.
Untuk Allah Swt , Rabb yang selalu mengantarkanku di jalan-jalan kebaikan.
Untuk mama dan keluargaku yang selalu mendukung dan mengalirkan do’anya untukku.
Untuk kakak/abang Mawapres sebelumnya dan mentor-mentor lain yang sudah berkenan aku minta ilmunya.
Untuk Keluarga HIMA PEFSI, Keluarga Pendidikan BEM FKIP Univeristas Riau dan Kabinet Inspirasi BEM Universitas Riau yang selalu memberikan semangat dan membantu memviralkan kompetisi ini.
Untuk sahabat/rekan/teman yang tidak bisa kutuliskan namanya satu persatu di sini.
Juga untuk seluruh masyarakat Universitas Riau yang telah mendukung UR dalam kompetisi ini.
Kalian semua adalah akumulasi dari terimakasih dan bagian dari catatan sejarah hidupku yang mengantarkan seorang Novi dinobatkan sebagai Mahasiswa Berpretasi Utama Universitas Riau 2016.


Ditulis dengan penuh mengenang arti perjuangan -

Moment foto bersama dengan finalis Mawapres 2015
Foto bersama finalis Mawapres UR 2016
Mawapres UR 2016
(kiri-kanan : FKep, FMIPA, FKIP)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar..