Sabtu, 27 September 2014

Sepenggal Cerita di Tanah Dayak

          

          Kurang lebih seminggu yang lalu aku diberi hadiah oleh Allah SWT untuk dapat menginjakkan kaki di tanah Dayak. Ya, tepatnya di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Melalui seni baca puisi Allah mengantarkanku ke ajang nasional yang diberi nama PEKSIMINAS (Pekan Seni mahasiswa Nasional) ke-XII.
Ajang ini sebenarnya udah aku targetkan sejak dua tahun yang lalu. Aku mengenal PEKSIMINAS ketika mengikuti FLS2N (Festival Lomba Seni Mahasiswa Nasional) 2012 di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Waktu itu aku masih kelas 2 SMA. Dalam konteks lomba yang sama ketika mengikuti FLS2N (red : cabang baca puisi), aku udah targetkan harus tetap ikut lomba yang sejenis ketika nanti duduk di bangku kuliah. Alhamdulillah, Allah menjabah do’aku di tahun 2014 melalui PEKSIMINAS ini :’)

Aku mengikuti PEKSIMINAS di Borneo Island ini bersama 33 kontingen Riau (termasuk official) yang sebenarnya mahasiswa/i nya terdiri dari dua universitas, yaitu Universitas Riau dan UIN Suska Riau . Kebetulan yang lolos PEKSIMIDA (Pekan Seni Mahasiwa Daerah) untuk maju ke nasional adalah dua universitas ini.
Dikarenakan keterbatasan maskapai pesawat yang terbang ke Palangka Raya dan keterbatasan tiket, maka keberangkatan kontingen Riau dibagi jadi dua bagian. Tanggal 12 September 2014 tim dari UIN Suska telah berangkat duluan. Selanjutnya tanggal 13 September 2014 kami berangkat dari Universitas Riau menyusul berangkat.
Baiklah, sebenarnya tulisan ini aku buat bertujuan untuk sedikit bercerita mengenai pengalaman di tanah Dayak. Tapi bingung juga mau mulai cerita dari mana -_- Mulai dari pembukaan PEKSIMINAS aja kali ya? Kalau mengingat acara pembukaan PEKSIMINAS aku Cuma bisa bilang satu kalimat, “ Subhanallah, luar biasa. Allahuakbar!”. Why? Di sini mata ini memang benar-benar dimanjakan dengan suguhan yang luar biasa, yakni tarian nusantara. Selain itu juga pakaian adat 34 provinsi ditampilkan. Di sini aku baru sadar kalau Indonesia Tanah Air tercinta ini memang kaya akan budaya. Hanya saja terkadang kita lupa akan hakikat ini :”)
Kekayaan Indonesia ternyata bukan hanya budaya saja. Sebab, Indonesia juga kaya akan kabut asap. Lho? Kok kabut asap? Hahahaa iya. Jadi ceritanya gini, ketika sampai di Palangka Raya, di TV lagi heboh pemberitaan bahwa di Riau kembali terjadi kabut asap. Salah seorang seniorku bilang gini “ untung kita lagi di Palangka Raya ya, jadi bisa bebas dari asap lah”. Yap, sebenarnya asap bukan masalah yang baru lagi di Riau. Tiap tahun bumi lancing kuning ini pasti disinggahi asap. Tapi dalm cerita ini bukan itu intinya. Intinya adalah keesokan harinya setelah pemberitaan asap di Riau, giliran Palangka Raya yang dikabarkan dilanda asap akibat kebakaran hutan. Nah lho? Kayaknya ini asap ngejar-ngejar kita sampai ke Palangka Raya ya -__- Lagi berjuang lomba di tanah orang lain juga masih aja dapatnya asap. Kebayang kan sakitnya tuh dimana? (*eh )
Oke next, lupain masalah kabut asap yang suka ngikutin tadi. Walau pun Palangka Raya berasap, yang penting semangat semua peserta PEKSIMINAS tetap berapi (ciyeeee) :D . Hari Senin dan Selasa semua tangkai seni diperlombakan. Tepatnya ada 15 tangkai seni. What is that? They are :
  • Tari
  • Monolog
  • Baca Puisi (pa/pi)
  • Lagu Pop (pa/pi)
  • Lagu Dangdut (pa/pi)
  • Vokal Group
  • Keroncong
  • Seriosa
  • Penulisan Puisi
  • Penulisan Cerpen
  • Penulisan Lakon
  • Lukis
  • Desaign Poster
  • Komik Strip
  • Fotografi
Next, Hari Rabu dan Kamis giliarnnya acara bebas nih. Walau pun namanya acara bebas tapi kayaknya gak bebas-bebas amat deh, soalnya dikarenakan keterbatasan transportasi dan hal-hal lain ketika di sana, jadi objek wisata yang dikunjungi tidak seberapa.. T.T Kita Cuma jalan-jalan ke Pasar Gede yang letaknya di Jalan Batam. Nah, di sini kita berburu oleh-oleh.
Selanjutnya Hari Kamis kita menyusuri Sungai Kahayan. Susur sungai? Mungkin hal yang terdengar biasa. Walau pun Sungai Kahayan ini seperti Sungai Siak di Riau, tapi entah mengapa rasanya moment susur sungai ini salah satu hal yang luar biasa. Mungkin karena ini the firs time susur sungai yang besar kali ya :D Selain itu juga pemandangan yang disuguhkan sepanjang menyusuri sungai juga cukup indah memanjakan mata. Melalui moment ini juga aku bisa merasakan bahwa Indonesia kaya akan alamnya. Tak henti-henti ucapan syukur selalu terucap pada Allah SWT. Maha besar kekuasaan Allah yang menciptakan alam yang begitu indah.
Tepat hari Kamis malam tibalah acara penutupan PEKSIMINAS. Nah, dari 15 tangkai seni yang dilombakan, alhamdulillah kontingen Riau berhasil membawa 5 penghargaan. Berikut penghargaan yang di raih :
-          Juara 1 Photografi Hitam Putih (Ahmad Affan Nuari : UIN Syarif Kasim)
-          Juara 3 Baca Puisi Putra (Hanif Muslim : UIN SyarifKasim)
-          Harapan I Penulisan Lakon (M.Reza Akmal : UIN Sultan Syarif Kasim)
-          Harapan I Seriosa Putra (Anggi Saputra Simorangkir : UNRI)
-          Harapan II Dangdut Putra (Ibnu Zulqarnain  : UIN Syarif Kasim)
Walau pun namaku belum tercantum dari ke-5 penghargaan itu, it’s okey no problem (dalam hati nangis juga sih) :’) Tapi aku tetap bersyukur. Karena yang terpenting dalam sebuah perlombaan bukanlah menang atau kalah. Sebab yang terpenting adalah seberapa banyak pengalaman yang didapat untuk dijadikan pembelajaran ke depannya.
Setidaknya, dua kali mengikuti jenis lomba yang sama di tingkat nasional, aku sudah mendapatkan beberapa pelajaran dan ilmu tentang bagaimana cara membaca puisi. Dari ajang ini juga aku bisa melihat bagaimana para penyair nusantara membawakan gaya baca puisinya masing-masing.
Satu hal yang harus diingat, lomba baca puisi ini penilaiannya relatif, tergantung bagaimana selera juri. Jadi, belum tentu selera juri di daerah kita sama dengan selera juri di tingkat nasional. Kita juga tidak bisa menetukan penilaian mana yang benar dan mana yang salah. Mengapa? Sebab tidak ada yang mutlak benar dan mutlak salah dalam gaya membacakan puisi. Satu bagian terpenting dalam membaca puisi adalah : “ membaca puisi itu kenikmatan bagi pembaca dan pendengar”. Maka, ketika pendengar menikmati puisi yang kita bawakan, artinya puisi tersebut telah sampai kepada pendengar.
Ah, sudahlah… Kalau berbicara tentang baca puisi ini nanti tidak akan ada habisnya. Masih banyak hal lain yang aku dapatkan tentang ilmu baca puisi itu selama mengikuti proses kegiatan ini. Mulai dari latihan sebelum mengikuti PEKSIMINAS, hingga kegiatan PEKSIMINAS itu berlangsung diri ini semakin tersadar bahwa masih banyak ilmu yang harus dipelajari. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah didapat nantinya mampu membawa perubahan yang baik untuk diriku sendiri. Aamiin..
Dalam kesempatan ini aku juga mau ngucapin makasih banyak untuk semua orang-orang yang berperan secara langsung mau pun secara tak langsung hingga bisa mengantarkanku sampai ke sini. Terimakasih tak terhingga untuk ibunda tercinta yang selalu mendukung apapun kegiatan yang aku lakukan, yang selalu setia memberi semangat untuk buah hati bungsunya ini. Engkau benar-benar malaikat tanpa sayap yang Allah berikan untukku, ma :’)
Terima kasih juga teruntuk kakak-kakak dan abang-abang dari kontingen Riau yang udah seperti bagian dari keluarga sendiri selama di sana (soalnya dari kontingen Riau cuma aku sendiri yang masih semester 3, merasa adik yang paling kecil -,-). 
Terimakasih juga untuk Bang Pay, yang udah bagi-bagi ilmunya dan melatih persiapan PEKSIMIDA dan PEKSIMINAS. Ucapan makasih satu lagi untuk pelatih sekaligus guru SMA ku, Pak Asep yang udah bantu persiapan untuk PEKSIMIKA. Terimakasih juga untuk seluruh keluarga, sahabat, teman-teman, keluarga PEFSI dan orang-orang yang gak bisa aku tulis namanya satu persatu. Aku bisa berdiri hingga detik ini karena aku memiliki orang-orang luar biasa di sekitarku.
Sekian dulu cerita gadis melayu saat di tanah Dayak. Aku akan bertekad untuk tetap bisa ikut PEKSIMINAS XIII nanti yang insyaallah akan diadakan di Sulawesi Utara atau Bengkulu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi langkah ini. Aamiin… 
Banyak sebenarnya yang ingin diceritakan namun tak tersampaikan lewat layar ini. Sebab tak cukup rasanya menceritakan seluruh nikmat yang Allah berikan melalui tulisan ini.
Fabiayyialaairabbikumatukazzibaan.. : " Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang Engkau dustakan ? "
Tak kan pernah terhitung nikmat yang telah Allah berikan untukku :')

Ini kita dari Universitas Riau

Pembukaan PEKSIMINAS XII

Tarian Rampai Nusantara

Still on opening ceremony ^.^

Ini penampilan tarian khas daerah Kalteng

Bersama beberapa penyair se-nusantara

Pose di depan aula Eka Tri Ngandeng

Just a pose :D

Udah hampir mirip arca kah? -_-

Bersama Bang Bone dan Kak Juju ^^

Ini di Universitas Palangka Raya ^.^

Bersama peserta lagu pop ^.^

Hip hip huraaaay ^.^

Masih bersama beberapa penyair nusantara :D

When I am reading a poetry ^.^

Siap-siap mau lihat lomba pop hiburan ^.^


Bersama bujang dar Dayak :D

Sehabis makan malam, pose dulu di tangga :D

Saat susur sungai ^.^


Togethernes on Kahayan River

Hello matahari! Salam dari Riau!

Makan malam at Pondok Ikan Cianjur


Salam peksiminas!!

Ceritanya bakalan sunset gitu deh :D


Still at Sungai Kahayan

Jembatannya mirip Jembatan Sungai Siak kan? :D

Sempat-sempatnya pose di depan BPS Kalteng >.<

Pembaca Puisi dari Riau (Bang Hanif-Bang Pay-Novi)

Ini bersama dara dan bujang Dayak :D

Wajah lapar baruy mendarat di Jakarta nungguin transit -.-

Ini pas lagi pameran karya lukis peserta PEKSIMINAS ^.^

Duo Novi :D Yang satu namanya Novy Isni, satu lagi Novenia :D

Original pic that I take on Kahayan River

Masih di Sungai Kahayan

Bersama pemenang seriosa putra dan baca puisi putra

Nah ini teman-teman pas FLS2N 2012 lalu, ketemu lagi di sini ^.^

Ini di depan Amaris Hotel, tempat kita dari UNRI nginap ^.^

Sebelum take ofF pose dulu :D

Hello sunset!

Sebenarnya photonya masih banyak, lebih dari 500 an -_- Tapi cukup segini aja dulu yang di posting :D 

Salam seni! Salam Peksiminas dari Penyair Bumi Lancang Kuning !
Regards,


Tengku Novenia Yahya

1 komentar:

Silahkan tinggalkan komentar..