Kurang
lebih setelah dua minggu proses pemilihan Mawapres tingkat fakultas,
selanjutnya akan dilaksanakan proses pemilihan Mawapres tingkat universitas.
Berbeda dengan tahun 2015, kali ini hanya akan dilangsungkan penilaian berkas
dan presentasi Karya Tulis Ilmiah. Tidak ada lagi sesi outbond, focus group
discussion dan wawancara dengan psikolog seperti Pemilihan Mawapres di tahun
2015. Pasalnya, pihak kemahasiswaan di rektorat kekurangan dana. Entah benar
atau tidak permasalahannya tentang dana, tapi ikuti saja aturan dari mereka.
Sama
seperti tahun 2015, dewan juri yang menilai KTI dan presentasinya ada empat
orang ditambah dengan satu orang juri penilaian berkas administrasi bukti
preetasi. Aku berharap juri di tahun lalu juga menjadi juri di tahun ini.
Sebab, Karya Tulis Ilmiah yang kubuat adalah tantangan dari juri di tahun 2015.
Namun, aku tidak menemukan wajah juri tersebut di tahun ini. But, it doesn’t
matter. Bismillahirrahmanirrahiim, semoga para dewan juri pun menyukai Karya
Tulis Ilmiah yang kubuat.
Dalam
rentang waktu dua minggu jeda antara seleksi tingkat fakultas dan universitas,
aku mencoba untuk merevisi dan membaca ulang KTI ku. Memang tidak banyak yang
direvisi, karena tidak banyak koreksian dari dewan juri saat seleksi di tingkat
fakultas. Aku juga kembali memesan ke percetakan buku untuk mencetak buku PIL
sebagai produk KTI ku. Karena kemarin aku hanya memesan sesuai jumlah dewan
juri yang di tingkat fakultas saja.
Bismillah,
presentasi KTI tingkat universitas berlangsung pada tanggal 19-20 April 2016.
Aku mendapatkan giliran tampil pada hari kedua dengan nomor urut 15. Alhamdulillah,
presentasi berjalan dengan lancar. Respon dari dewan juri pun sangat bagus.
Dari empat dewan juri yang menguji, tiga diantaranya memberikan komentar
positif dengan kalimat semacam memberi kode bahwa aku akan menjadi pemenang
dalam kompetisi ini.
“ Your presentation is very good . .
. .”
“ I hope you will be the winner of
this competition . . . “
“ Saya tidak memberikan komentar.
Kamu sudah menampilkan yang terbaik. Good luck. . .”
Aku
lega dengan semua respon yang telah diberikan oleh dewan juri. Dari semua
peserta yang sudah tampil, baru penampilanku yang diberi komentar seperti itu. Sempat
ada rasa percaya diri bahwa aku akan menang dalam kompetisi tersebut. Namun,
percaya diri saat itu goyah ketika penampilan undian terakhir juga mendapatkan
respon yang sama dengan penampilanku. Muhammad Abrar, mahasiswa dari Program
Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2013 juga mampu menarik simpati para dewan juri
lewat KTI nya tentang sandal yang dibuat dari biji buah para. Hah, serahkan
saja semuanya pada Allah Swt…
Setelah
proses seleksi Mawapres berlalu, seperti biasanya akan ada jeda rentang waktu
antara seleksi dengan penganugrahan. Dalam rentang waktu ini, panitia juga
membuat sistem voting di media sosial (facebook) untuk pemilihan Mahasiswa
Berprestasi Favorite. Masing-masing finalis saling berlomba mengajak
rekan-rekannya untuk memberikan like pada foto yang diunggah panitia, termasuk
aku. Aku mulai melakukan kampanye untuk vote ke semua grup media sosial yang
kumiliki.
Acara penganugrahan
kabarnya akan dilangsungkan pada tanggal 02 Mei 2016, bertepatan dengan
peringatan Hari Pendidikan Nasional. Namun, ada kendala. Panitia dari pihak URC
(Universitas Riau Cendekia) mengatakan bahwa tidak ada acara puncak
penganugrahan seperti tahun sebelumnya. Permasalahannya klasik, pihak rektorat
tidak memiliki dana untuk melangsungkan acara penganugrahan seperti tahun 2015
lalu. Kabarnya, pengumuman hasil Mawapres hanya akan diumumkan di lapangan
upacara rektorat saat upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional. Yang
diumumkan hanya Mawapres Utama, 2 dan 3 saja. Sedangkan dari pihak panitia URC
dan dewan juri juga sudah mempersiapkan penghargaan untuk Mawapres Kategori
Best KTI, Best Bahasa Asing dan Mawapres Favorite. Namun, rancangan proses
penganugrahan yang telah dirancang panitia URC ditolak oleh pihak
kemahasiswaan.
Kabar ini seketika
memanas di kalangan finalis Mawapres UR 2016. Banyak yang tidak setuju dengan
kebijakan yang diambil oleh pihak kemahasiswaan. Bukankah alokasi anggaran
untuk kegiatan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi setiap tahunnya ada? Lantas
kenapa dana yang menjadi permasalahan? Termasuk pun aku, berpikir demikian.
Beberapa dari finalis menyarankan agar ketika acara pengumuman di lapangan
rektorat tanggal 02 Mei itu tidak usah datang. Entah dari mana asal mulanya
usulan itu muncul, namun beberapa finalis menyepakatinya. Hingga tibalah pada
tanggal 02 Mei. Sehari sebelumnya, pihak kemahasiswaan sudah memberitahukan
agar seluruh finalis Mahasiswa Berprestasi 2016 hadir dalam kegiatan upacara
Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang diselenggarakan di lapangan rektorat
Universitas Riau. Di grup WhatsApp finalis Mawapres terjadi perdebatan
seolah-olah terbagi menjadi dua kubu. Ada yang berpendapat bahwa tidak usah
datang ke acara di tanggal 02 Mei tersebut agar Bapak Wakil Rektor III beserta
jajarannya malu di hadapan rektor dan seluruh peserta upacara nanti. Ada juga
yang berpendapat bahwa tetap saja datang, karena tugas kita sebagai peserta ya
mengikuti instruksi dari pihak kemahasiswaan.
Perdebatan cukup sengit
dengan berbagai alasan yang pro dan kontra terus terjadi di grup WhatsApp. Aku
sendiri, termasuk yang berpikiran bahwa tetap saja datang di upacara tersebut.
Karena, menurutku yang paling penting dari Mawapres bukan tentang semewah apa
penghargaan yang diberikan, tapi proses yang telah dilalui untuk mencapai tahap
Mawapres itulah yang paling penting. Ya, sejujurnya aku pun kecewa dengan pihak
kemahasiswaan yang tidak mengadakan acara penganugrahan seperti tahun 2015
dengan alasan meminimalisir dana. Tapi, jika tidak datang di upacara hanya
karena tidak ada acara penganugarahan semewah tahun lalu dan berharap agar wakil
rektor bidang kemahasiswaan malu di hadapan rektor bukankah itu ego tinggi
ingin dihargai? Ego yang meminta agar diangkat tinggi-tinggi melalui
penghargaan yang mewah. Padahal bukan itu esensi dari Mawapres menurutku. Kendati
pun jika hal itu terjadi, yang ada justru akan makin banyak masalah yang
timbul. Imbas yang akan terjadi ialah pihak URC dan seluruh finalis akan
dipanggil pihak kemahasiswaan dan akan dimarahi serta tidak menutup kemungkinan
akan berimbas pada tidak kepedulian pihak kemahasiswaan lagi terhadap kegiatan
Mawapres ini.
Pagi itu, di tanggal 02
Mei aku masih ragu untuk datang atau tidak ke upacara tersebut. Pikiranku tidak
lagi memikirkan apakah aku menang atau tidak. Namun, yang aku pikirkan adalah
langkah apa yang paling tepat untuk kuambil hari itu. Jika datang, maka mungkin
akan dianggap egois oleh beberapa teman yang tidak setuju. Jika aku tidak
datang dan seandainya semua finalis tidak datang, maka nama fakultas
masing-masing termasuk FKIP yang akan menjadi jelek sebab pasti Wakil Dekan III
nya akan dipanggil untuk menghadap kemahasiswaan. Aku menangis sambil menelepon
Kak Elysa yang masih melakukan pengabdian di salah satu Desa di Pelalawan.
“ Pergilah, Dek. Sebab saat seperti
inilah kebijakan dan kecerdasan dalam mengambil keputusan yang dituntut. Cari
posisi aman. Jangan menambah masalah. Kalau kalian tidak datang, justru di situ
nanti akan muncul lagi masalah baru”, suara kak Elysa dengan nada lembut di
seberang telepon.
Bismillah, aku akan datang..
Suasana di tengah terik matahari menunggu pengumuman |
Tiba di halaman rektorat, aku bertemu beberapa finalis lainnya yang ternyata juga sepemikiran denganku. Jumlah kami 10 orang, setengah dari jumlah keseluruhan finalis semuanya. Singkat saja, setelah pidato oleh rektor selesai, MC mengumumkan nama-nama pemenang Mahasiswa Berprestasi Universitas Riau 2016. Saat MC mulai membacakan kalimat awal surat keputusan rektor tersebut, baru jantungku berdegup kencang. Aku baru menyadari bahwa ini saat yang harusnya ditunggu-tunggu. Tersebab konflik pro dan kontra tentang acara penganugrahan itu, aku hampir tidak memikirkan lagi tentang apakah aku berhasil atau tidak di kompetisi ini. MC satu-satu menyebutkan nama pemenang. Namaku disebut sebagai pemenang pertama dan diminta untuk maju bersama pemenang lainnya ke barisan yang sudah disediakan.
Bapak
rektor memberikan selempang, piala dan sterofoam yang bertuliskan nominal
hadiah yang didapatkan. Mataku merah, air mataku perlahan keluar. Perjuanganku
tidak sia-sia. Meskipun tidak ada sorak-sorai teman-temanku seperti di tahun
2015 lalu, aku tetap mensyukuri ini semua. Alhamdulillah…
Penyerahan selempang dari Rektor Universitas Riau |
Penyerahan piala dan hadiah dari Rektor Universitas Riau |
Sesaat setelah diberikan hadiah |
Usai proses pemberian hadiah oleh
rektor Universitas Riau, upacara ditutup dengan do’a. Di musholla rektorat
Universitas Riau, telah berkumpul beberapa finalis lainnya yang tidak datang
pada upacara tadi. Di sana juga hadir beberapa senior Mawapres sebelumnya. Satu
persatu mereka mengucapkan selamat meskipun suasana masih agak dingin
dikarenakan mungkin efek perdebatan yang terjadi di grup. Selanjutnya, kami berdiskusi
di depan musholla dan merencanakan untuk audiensi dengan rektor terkait
kekecewaan atas tidak adanya penganugrahan Mawapres di tahun ini.
Alhamdulillah, Bapak rektor bersedia ditemui. Pihak URC, pemenang Mawapres UR
2016 dan beberapa senior Mawapres sebelumnya masuk ke ruangan Rektor. Di
ruangan ber-AC nan cukup mewah itu kami dijamu dengan beberapa makanan dan
minuman. Alhamdulillah sambutan Bapak rektor cukup baik. Satu persatu unek-unek
kami sampaikan dan evaluasi kegiatan Pemilihan Mawapres di tahun ini kami
sampaikan. Di akhir diskusi, Bapak rektor berjanji akan mengevaluasi kegiatan
ini di pihak rektorat dan juga berjanji akan menerima saran dan masukan yang
telah kami sampaikan untuk perbaikan kegiatan Pemilihan Mawapres UR di tahun
depan.
Selang
beberapa jam setelah audiensi dengan rektor Universitas Riau, panitia dari URC
mengirimkan rekapitulasi nilai dan rekapitulasi data pemenang Mawapres 2017
melalui grup WhatsApp Mawapres 2017. Dari rekapan nilai yang disajikan dalam
Microsoft Excel tersebut dapat dilihat persentase nilai yang diberikan oleh dewan
juri dari semua kriteria yang telah ditetapkan. Alhamdulillah di samping namaku
juga tertulis apresasi sebagai Best KTI dan Mawapres Favorite yang dihitung
dari hasil vote di media sosial. Sedangkan kategori Best Bahasa Asing diperoleh
oleh Mawapres asal Fakultas Kedokteran. Namun sayangnya, apresiasi kategori ini
tidak diumumkan ketika upacara tadi. Tapi tak mengapa, setidaknya semua peserta
sudah tau kini masing-masing nilainya. Alhamdulillah…
Usai
dinyatakan sebagai Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Riau 2016 melalui
pengumuman saat upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional di rektorat
Universitas Riau, satu persatu ucapan selamat datang baik dari rekan di kampus
atau pun rekan yang menyapa dari kejauhan via media sosial. Tak lupa aku juga
mengabari mama. Suaranya di seberang telefon mengucapkan selamat sekaligus
mengucapkan terima kasih. Harusnya aku yang berterima kasih sebab berkat
do’anyalah aku bisa sampai di titik ini. Namun, ia pasti selalu bilang : “
terima kasih karena sudah membuat mama bangga dengan prestasi yang Novi punya”.
Beberapa teman dan
juniorku di Pendidikan Fisika menyambutku dengan hangat ketika aku datang ke
hima dengan membawa selempang dan piala. Sebagian dari mereka juga menyatakan
kekecewaannya kenapa tidak memberi kabar bahwa hari ini pengumuman Mawapres.
Aku hanya tersenyum simpul. Batinku bilang : ah, andai kalian tau apa yang
sebenarnya terjadi –
***
Setelah dinyatakan
sebagai Mawapres Utama UR 2016, tugasku belum selesai. Aku harus melanjutkan perjuangan
untuk seleksi Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional. Aku paham peluang untuk
bisa lolos ke 16 besar nasional sangat kecil. Sebab, jika dibandingkan dengan
mahasiswa-mahasiswa di kampus yang ada di Pulau Jawa, dari segi prestasi tentu
sudah kalah. Tapi ini tidak masalah. Yang aku tau aku harus terus berjalan,
berbuat yang terbaik semampuku.
Rentang waktu pengumuman
di tingkat universitas dengan dateline pengumpulan berkas nasional kurang lebih
satu bulan lamanya. Tanggal 5 Juni 2016 seluruh berkasku harus sudah diunggah
di portal mawapres.dikti.go.id. Dalam rentang waktu itu pula aku kembali
melakukan revisi KTI ku. Tidak hanya meminta saran dari dosen pembimbing, tapi
aku juga mencoba memberanikan diri menghubungi beberapa mawapres nasional tahun
2015 untuk meminta arahan. Modal nekad, searching nama finalis mawapres
nasional 2015 kemudian add semua media sosialnya. Setelah mencoba
mempertimbangkan beberapa hal, aku memutuskan untuk menghubungi Kak Ikrom
Mustafa, Mawapres 2 Nasional tahun 2016. Sebelumnya, aku sudah pernah mendengar
nama beliau dari beberapa senior mawapres lainnya. Ternyata beliau putra asli
Riau asal Pelalawan yang menempuh pendidikan kuliahnya di Institut Pertanian
Bogor. Belum pernah jumpa sebelumnya, tapi mencoba nekad meminta tolong agar ia
mau mengoreksi KTI mawapresku. Sama seperti saat nekad meminta KTI bg Azhari
Setiawan (Mawapres Utama UR 2014) saat pertama kali mengikuti Mawapres di tahun
2015 lalu. Menurutku modal nekad mencari informasi dan mau belajar langsung
pada yang ahli harus dimiliki jika kita benar-benar ingin maksimal dalam
mencapai sesuatu. Meskipun belum pernah jumpa dengan Kak Ikrom Mustafa secara
langsung, tapi Alhamdulillah beliau sangat rendah hati dan mau mengoreksi Karya
Tulis Ilmiahku. Satu persatu paragraf dari KTI ku diberi komentar. Tiap
komentar dan apa yang disarankan oleh Kak Ikrom, aku coba untuk merevisinya di
KTI ku.
Buku PIL yang merupakan produk dari KTI ku |
Selanjutnya aku juga
meminta saran pertimbangan tentang prestasi yang diprioritaskan untuk
dimasukkan ke dalam berkas pendaftaran nasional kepada Kak Jawwad, Mawapres
Utama Universitas Brawijaya yang merupakan finalis Mawapres Nasional 2015.
Beliau pernah menjadi narasumber dalam seminar How To Be The Most Outstanding
Student yang diadakan oleh M-URC (Mawapres Universitas Riau Community) 2015 dan
URC di Bulan November 2015. Alhamdulillah beliau juga orang yang humble dan low
profile. Beliau tidak keberatan memberikan saran dan masukan.
Setelah bagian KTI dan
berkas prestasi beres, selanjutnya aku juga memberanikan diri meminta bantuan
kepada Kak Budi Waluyo untuk memeriksa summary KTI ku dalam Bahasa Inggris. Aku
mengenal Kak Budi hanya melalui media sosial. Ia adalah mentor di Sekolah
TOEFL, salah satu sekolah gratis TOEFL via online yang kini siswanya sudah
ribuan orang. Kak Budi sendiri kini sedang menempuh pendidikan PhD nya Amerika
Serikat melalui beasiswa Fullbright. Alhamdulillah, meski pun tidak pernah
bertemu sebelumnya, beliau orangnya humble dan mau membantu mengoreksi summary
Karya Tulis Ilmiahku.
Setelah beres
menyelesaikan bagian karya tulis ilmiah, summary dan berkas prestasi maka
selanjutnya adalah membuat video dengan durasi maksimal 7 menit. Video ini juga
merupakan bagian dari seleksi tahap awal nasional untuk mengukur kemampuan
berbicara dalam bahasa Inggris. Pembuatan video dimulai dari pembuatan script,
shoot dan editing. Awalnya aku berniat untuk menggunakan jasa videographer professional
dalam pembuatan video Mawapres ini. Tapi, ketika hal ini kuajukan ke pihak
rektorat, katanya tidak ada dana. Aku disuruh mandiri untuk melakukan semuanya.
Ya, dana pasti menjadi alasan klasik di birokrasi kampus. Hah! Baiklah, aku
paham. Aku akan mencoba melakukan yang terbaik semampuku!
Akhirnya aku meminta
bantuan kepada salah satu juniorku, Tika Elviana yang merupakan mahasiswi Pendidikan
Fisika angkatan 2015. Bermodalkan kamera DSLR dan sebuah tripot, aku dan Tika
melakukan shoot video di hari Jum’at. Cukup melelahkan. Butuh waktu kurang
lebih setengah hari untuk mengambil bahan mentah video yang akan dijadikan berdurasi
7 menit nantinya. Lokasi yang kami gunakan ialah rektorat Universitas Riau dan
sekitarnya.
Baca script saat proses pengambilan video |
Usai mengambil bahan
mentah video, selanjutnya adalah proses editing. Ya, ini belum selesai! Aku
bukan ahli dalam editing video meskipun di kampus selalu diamanahkan bekerja di
bagian Kominfo Badan Eksekutif Mahasiswa. Tapi demi memaksimalkan usaha, aku
harus belajar untuk bagian ini. Tidak ada yang tidak bisa jika mau berusaha,
kan? Bismillah, bahan video yang sudah ada satu persatu kugabungkan dan kuedit
sendiri menggunakan aplikasi Vegas yang kuminta dari temanku, Januarti. Semuanya
kulakukan dengan belajar otodidak. Sesekali aku bertanya ke teman-teman yang
ahli video dan juga melakukan googling. Sempat terpikir ingin meminta bantuan
teman untuk mengedit video ini, tapi banyak yang sibuk dengan tugas dan
persiapan Ujian Tengah Semester. Maka, semampuku semuanya kukerjakan sendiri
dan menghasilkan video berdurasi kurang lebih 7 menit. Selanjutnya, ku minta
youtube channel Kemahasiswaan Universitas Riau melalui Kak Dian yang merupakan
salah seorang staff di Kemahasiswaan UR, lalu video tadi kuunggah.
Bismillahirrahmanirrahiim…
***
Setelah semuanya aku lakukan
untuk memenuhi persyaratan awal seleksi nasional, seluruh berkas untuk seleksi awal
Mawapres tingkat nasional berhasil kuunggah selum deadline yang ditentukan oleh
Kemenristekdikti. Aku tidak berharap banyak untuk bisa lolos menjadi finalis
nasional dan melaju ke tahap wawancara dan presentasi di hadapan para juri
nasional. Sebab, aku pun mampu mengukur kemampuan diri yang masih sangat jauh
dari kata layak prestasinya jika dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa
lainnya dari universitas-universitas ternama. Hal terpenting bagiku, aku sudah
berusaha semaksimal mungkin meskipun semuanya dilakukan serba sendirian tanpa
ada pendampingan/pembinaan khusus dari pihak kampus.
Benar saja, selang dua
minggu proses pengunggahan berkas, keluarlah pengumuman 16 nama finalis yang
dinyatakan lolos melaju ke tingkat nasional. Hanya ada satu finalis yang lolos
dari Pulau Sumatera, Mawapres dari Universitas Sumatera Utara. Selebihnya,
finalis berasal dari universitas-universitas di Pulau Jawa. Huffth, akhirnya
tugasku selesai untuk tahap kompetisi.
Tidak lolos menjadi
finalis Mawapres Nasional tidak menyurutkan semangatku untuk berkontribusi bagi
kampus tempatku menimba ilmu kini. Sejatinya, banyak pelajaran yang aku
dapatkan dari ajang ini. Bahwa Mawapres bukanlah sekedar kompetisi sama seperti
perlombaan lainnya. Tapi, Mawapres adalah tanggung jawab moral yang setiap harinya
ada pertanyaan yang harus dijawab : “Pantaskah saya disebut sebagai Mawapres?”.
Maka, tugasku adalah harus bisa menjawab pertanyaan ini melalui
kontribusi-kontribusi nyata agar bisa bermanfaat bagi kampus dan mahasiswa
lainnya.
Aku menghela nafas. Lega,
haru, bahagia melebur menjadi satu. Tiada hentinya mengucap syukur kepada Allah
Swt yang telah menakdirkan Mawapres menjadi salah satu perjalanan dalam
hidupku. Betapa banyak arti perjuangan yang kudapatkan dari ajang ini yang
tidak akan mungkin aku dapatkan dalam kompetisi atau ajang perlombaan lainnya. Banyak
perubahan positif yang aku rasakan lewat proses panjang ini. Belajar untuk
berjuang lebih, belajar untuk mandiri, belajar untuk berbagi dan belajar untuk
tidak pernah berhenti belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
***
***
Terimakasih. Terimakasih banyak untuk seluruh pihak yang telah
mengantarkanku sampai sejauh ini.
Untuk Allah Swt , Rabb yang selalu mengantarkanku di jalan-jalan
kebaikan.
Untuk mama dan keluargaku yang selalu mendukung dan mengalirkan do’anya
untukku.
Untuk kakak/abang Mawapres sebelumnya dan mentor-mentor lain yang sudah
berkenan aku minta ilmunya.
Untuk Keluarga HIMA PEFSI, Keluarga Pendidikan BEM FKIP Univeristas Riau
dan Kabinet Inspirasi BEM Universitas Riau yang selalu memberikan semangat dan
membantu memviralkan kompetisi ini.
Untuk sahabat/rekan/teman yang tidak bisa kutuliskan namanya satu persatu
di sini.
Juga untuk seluruh masyarakat Universitas Riau yang telah mendukung UR
dalam kompetisi ini.
Kalian semua adalah akumulasi dari terimakasih dan bagian dari catatan
sejarah hidupku yang mengantarkan seorang Novi dinobatkan sebagai Mahasiswa
Berpretasi Utama Universitas Riau 2016.
Ditulis dengan penuh mengenang arti perjuangan -
Moment foto bersama dengan finalis Mawapres 2015 |
Foto bersama finalis Mawapres UR 2016 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar..