“Pikiran kita mungkin
tak mampu merekam tiap memori yang pernah kita lalui. Tapi setidaknya, tulisan
mampu mengababadikan beberapa ingatan…”
Holoaa, udah
lama gak nulis di blog karena kesibukan di dunia nyata yang nyatanya memang
susah dan teramat susah untuk ditinggalkan. Hehee.. Kebiasaanku ialah
menceritakan setiap perjalanan yang aku lakukan. Entah itu perjalanan di Riau
atau pun di luar Riau. Perjalanan yang kumaksudkan di sini ialah pergi ke suatu
tempat untuk menunaikan suatu kewajiban dengan membawa sebuah misi.
Oke, kali
ini aku bakal cerita tentang salah satu perjalananku yang tidak kalah awesome
dengan perjalanan sebelum-sebelumnya. Jadi, ceritanya sekitar dua bulan yang
lalu ( ya ampun baru nyadar kalau udah lama banget ternyata haha) tepatnya
tanggal 16-18 Oktober 2015 aku mengikuti Youth Media Festival 2015. Kalau
misalnya kamu googling dengan hastag #YMF2015 pasti bakalan banyak info-info
atau berita seputar YMF alias Youth Media Festival yang muncul. Apa itu YMF?
YMF adalah sebuah kegiatan yang super duper kece yang diadakan oleh Youth
Center PILAR(Pusat Informasi dan Layanan Remaja) PKBI, Jawa Tengah. Ini
merupakan event tahunan yang rutin diadakan oleh PILAR untuk mempertemukan
pemuda-pemuda inspiratif se-Indonesia. Kegiatannya berupa grand seminar dan
kelas paralel. Aku bakal jelasin apa aja kegiatan selama di sana di next
paragraph. Tetap lanjut baca ke bawah ya J
Untuk menjadi
peserta YMF ini ada dua jalur, yaitu jalur scholarship dan regular.
Alhamdulillah setelah melalui proses seleksi pengiriman data dan dua artikel,
aku lolos sebagai peserta scholarship. Peserta scholarship ini bebas dari biaya
dan penginapan selama di Semarang, tapi flight ticket menuju Semarang
ditanggung oleh masing-masing peserta. Nah, setelah dapat pengumuman lolos
awalnya aku udah pesimis gak bakalan bisa berangkat ke Semarang. Kenapa? Ya
apalagi kalau bukan masalah dana. Sebelumnya aku udah bolak-balik ke rektorat
kampus buat ngajuin permohonan dana untuk program AISEF Loy Krathong di
Thailand. Dari lebaran haji kemarin juga pas balik kampung aku udah pusing
mikirin gimana dapetin dana buat bisa ke Thailand. Tapi hasilnya kampusku gak
bisa ngasih biaya penuh buat ikut program ke Thai yang biayanya hampir mendekati
10juta-an, itu juga baru cuma buat fee registration plus flight ticket
Indonesia-Thailand pulang pergi. Ya, waktu itu harga rupiah emang jatuh
sejatuh-jatuhnya, menyentuh angka Rp15.000. Pihak dekanat FKIP juga gak
mendukung untuk ikut program yang ke Thai ini, alasannya dana dari kampus gak
ada. Keluarga juga gak terlalu mendukung karena biayanya emang mahal. Huaaaa
pokoknya kalau ingat detik-detik ngajuin proposal buat ke Thailand itu bawaannya
pengen nangis, kesabaran emang beneran diuji. Setelah mempertimbangkan semuanya
dengan matang, akhirnya program ke Thai yang seharusnya aku ikuti di tanggal
22-27 November kemarin aku batalkan. Pasti Allah bakal ganti dengan yang lebih
baik lagi nanti. Aamiin.
Oke, back to
the main topic. Gagal ke Thailand gak menyurutkan langkahku buat ngajuin
proposal permohonan bantuan dana ke kampus buat ikutan YMF yang di Semarang
ini. Alhamdulillah, tanpa membutuhkan proses yang terlalu rumit seperti
sebelumnya pihak kampus mau membiayaiku untuk mengikuti program ini.
Seharusnya, dari Riau ada 3 orang yang berangkat buat ikutan YMF ini. Tapi,
karena yang satunya lagi ada agenda bersamaan di Jakarta jadinya dari Riau
cuuma berangkat dua orang, aku dan salah seorang seniorku (kadisku tahun
lalu,Kepala Dinas Kominfo BEM FKIP 14/15).
Setelah dapat bantuan dari kampus, next minta
restu sama mama. Alhamdulillah mama juga ngasih izin. Setelah dapat bantuan
dana, kekhawatiran lain yang muncul adalah masalah bisa berangkat atau tidaknya
ke Semarang, karena saat itu Riau lagi ng-trend dengan negeri khayangannya
alias asap! Tapi, Alhamdulillah Allah Swt mempermudah perjalananku dengan
menurunkan hujan yang lebat tepat sehari sebelum hari keberangkatan. Jadi,
tepat tanggal 15 Oktober 2015 aku bisa terbang ke Semarang dengan lancar.
Alhamdulilllah…
Sebenarnya Semarang adalah salah satu
tempat yang masuk list yang ingin aku kunjungi sudah sejak lama. Kenapa? Karena
ada orang-orang yang telah lama kujanjikan ingin bertemu dengannya. Siapa mereka?
Nanti dibahas ya, next aja terus baca ke bawah. Hahaha..
Saat akan take off dari Bandara
Sultan Syarif Kasim II, ada hal yang rasanya agak berbeda seperti firasat tidak
enak. Mungkin karena ini pertama kalinya aku ikut kegiatan ke luar Riau untuk
hal bukan mengikuti kompetisi. Jika sebelumnya selalu didampingi oleh instansi
pemerintah Riau atau dari pihak kampus untuk mewakili Riau ke luar, maka kali
ini harus serba mandiri menuju tanah Jawa. Bismillah, kuatkan tekad untuk
menimba ilmu dan mengambil berbagai manfaat di Semarang nanti!
Setelah melalui penerbangan yang
cukup melelahkan Pekanbaru-Jakarta, kemudian delay beberapa jam yang sangat
membosankan, dilanjutkan dengan Jakarta-Semarang akhirnya tiba di Semarang
pukul 17.35 WIB. Tepat pertama kali menginjakkan kaki di Semarang, fabiayyialaairabbikumatukadzibaan
langitnya biru! Sebenarnya aku udah kegirangan melihat langit biru dibalut
dengan putihnya awan sejak di dalam pesawat tadi. Maklum, di Riau udah kurang
lebih dua bulan terpapar asap. Jadi, bertemu langit biru adalah suatu kado
terindah bagiku saat itu.
Delay, membosankan...
Dari Bandara Ahmad Yani, langsung
menuju wisma PKBI yang letaknya hanya sekitar 500 meter dari bandara. Di wisma
inilah para peserta scholarship menginap. Begitu masuk kamar, ternyata di dalam
kamar tersebut sudah ada beberapa peserta lainnya (tentunya wanita dong ya).
Ada Mbak Sylva dari Jakarta, Mbak Fitri dari UGM, Mbak Puji dari Bandung, Mbak
Eka dari Purwekerto, Mbak Necha dan Lela dari Surabaya serta Nanda dari UI.
Mereka semua adalah peserta yang berasal dari Jawa. Kayaknya emang aku yang
datang paling jauh dalam program ini ya hahaa -_- Tahu apa yang paling
membuatku bersyukur ketika bergabung dengan mereka di dalam kamar ini? Suasana
ukhuwah islamiah yang kuat! Sejak pertama kali di kamar ini sampai hari
terakhir kita jarang melewatkan yang namanya sholat berjamaah. Subhanallah,
inilah salah satu yang paling aku syukuri. Mbak Fitri dan Mbak Nanda yang
selalu jadi imam ketika kami sholat berjamaah, sesekali aku yang diminta untuk
menjadi imam memimpin sholat. Di dalam kamar ini ada 10 tempat tidur dan 2
kamar mandi. Yap, di sinilah kisah kita dimulai!
Malamnya, kita para peserta
scholarship dipertemukan di suatu aula untuk mengikuti kegiatan malam
keakraban(katanya). Di sini kita kenalan dengan panitia dan sesama peserta. Ada
sosialisasi dari Youth Center Pilar juga tentang proker umum mereka. Seperti
dugaanku sebelumnya, para pemuda pemudi yang kutemui di sini pasti bukan orang
yang biasa-biasa aja. Yap, bener! Dari sesi perkenalan singkat itu keliahatan
bahwa rata-rata peserta adalah para pemuda terbaik daerahnya. Kelihatan dari
cara bicaranya, walau pun yang peserta cowok rata-rata selengehan (jahil)
hahahaa tapi mereka semua adalah para aktivis dan organisator di kampus atau di
komunitasnya yang pastinya peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia. Rata-rata
dari tiap mereka ialah orang-orang yang aktif di NGO atau komunitas yang
bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Bahkan kayaknya yang dari BEM cuma
yang dari Riau, jadi minder sendiri waktu dengerin mereka cerita tentang
komunitas-komunitasnya yang menurutku luar biasa. Kebanyakan mereka aktif di
komunitas pendidikan. Gila, mereka aja yang rata-rata bukan mahasiswa FKIP
aktif banget bergerak di pendidikan. Nah aku? Masih belum apa-apa kontribusi
untuk pendidikan. Huhu T.T But, it’s
okay. Ini kesempatanku mencuri ilmu dari tiap-tiap mereka.
*Jum’at,16 Oktober 2016…
Pagi sampai pukul 13.00 kita para
peserta gabut di gedung utama Universitas Dian Nuswantoro Semarang, karena
acara pembukaan akan dimulai pukul 13.00 WIB. Waktu kita isi dengan selfia-an.
Nah kalau giliran selfi ini seolah-olah medan gravitasi sangat besar di tangan
si pemegang kamera, tanpa menggunakan gaya yang besar pun seketika semuanya
sudah tertarik berkumpul di pusat kamera buat ikutan selfi. Hahaha beginilah fenomena
remaja zaman sekarang -.-
Siangnya, usai sholat Jum’at acara
pembukaan dimulai. Dilanjutkan dengan Grand Seminar tentang Peran Remaja Masa
Depan Untuk Indonesia. Pematerinya cukup luar biasa. Ada dari UDINUS,
Kementrian Luar Negeri, UNFPA, dan PKBI Jawa Tengah. Yang paling berkesan dari
Grand Seminar ini ialah ada pertunjukan Gamelan digital dari mahasiswa UDINUS.
Mereka memainkan gamelan cukup dengan modal gadget(tablet). Yang super duper
kerennya ialah aplikasi gamelan digital ini ialah hasil karya mahasiswa UDINUS
sendiri. Dan karya mereka ini telah ditampilkan di berbagai belahan dunia dan
telah diakui oleh UNESCO. It’s WOW, right? Aku sempat berpikir mungkin sistem
gamelan digital ini bisa dijadikan bahan untuk seminar matakuliah Fisikaku
nanti hahahaa..
Awesome! Gamelan digital performance...
Sorenya, sesi kelas paralel pertama
dimulai. Di sesi pertama ini, aku ngambil kelas jurnalistik “ Indonesia Punya
Suara”. Pematerinya dari Suara Merdeka dan Aliansi Jurnalistik Indonesia.
Malamnya, kita diajakin buat nonton teatrikal Pertempuran Lima Hari Semarang di
Museum Mandala yang letaknya tidak jauh dari UDINUS. Teatrikalnya cukup bagus,
persembahan dari Komunitas Kumandang Sastra. Penampilan mereka menarik ingatan
dan kerinduanku di dunia teater :”) Kegiatan di Museum Mandala berakhir pukul
22.00 WIB. Kita para peserta kembali ke wisma.
Teater pertempuran lima hari di Semarang
*Sabtu, 17 Oktober 2015…
Kegiatan dimulai dari 09.00-22.00
WIB. Ngapain aja? Ada kelas paralel sesi 2, 3 dan 4 sampai sore. Di sesi 2 aku
ngambil kelas “Gerakan Kreatif Untuk Bangsa” yang pematerinya kece super Kak Al
alumni UI yang merupakan founder Kreanovator dan satu lagi dari Communicaption.
Di sesi 3 aku ngambil kelas “ Remaja Peduli Remaja Kreatif” yang pematerinya
dari UDINUS dan SobatAsk. Di sesi 4
kelas yang aku ikuti ialah “Melancong Seru Dunia Digital” yang
pematerinya ialah Mas Fanbul Manager Community dari Hipwee dan dari Mozila
FireFox. Gila pematerinya kece abis, kan? Yuhuu, tentunya ilmu yang mereka
sampaikan juga kece dan sangat bermanfaat. Bersyukur bisa bertemu dengan mereka
para founder komunitas-komunitas besar di Indonesia. Semoga segera bisa
ngikutin jejaknya ya Mbak, Mas aamiin :”)
Nah, sorenya usai kelas paralel sesi
4 kita para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan disuruh mempersiapkan
penampilan untuk Pentas Seni yang akan digelar malamnya. Nah, aku kebagian jadi
ketua kelompok Path. Di kelompok ini gak hanya ada peserta scholarship, tapi
ada juga dari peserta regular plus para peer-educater dari masing-masing
PIK-R(Pusat Informasi dan Konseling Remaja) yang ada di Semarang. Awalnya kita
bingung mau nampilin apa, apalagi anggotanya pada diem-dieman semua. Tapi di
detik-detik saat akan penampilan dimulai, the power of kepepet itu muncul dan
aku ngajuin ide buat nampilin short Fragmen (ilmu yang aku dapetin pas ikut
Pekan Bahasa Sumatera Agustus lalu wkwkwk). Cuma beberapa menit latihan, kita
siap untuk tampil di gedung utama UDINUS malam ini!
Finally, this is art night of
#YMF2015! Begitu pintu aula utama dibuka, kita semua disambut dengan teriakan
dan iringan music Bendera dari Coklat, ditambah dengan balon-balon yang
berserakan dimana-mana. Huaaa berasa dapet surprise ulang tahun padahal gak
lagi ulang tahun wkwkwk.. Emang super keren deh buat malam ini pokoknya!
Panitia benar-benar membuat konsep acara ala remaja, maklum juga sih ini last
night nya kita ya kan :”D Satu per satu kelompok unjuk gigi alias menampilkan
kebolehannya masing-masing. Rata-rata pada nampilin drama atau puisi. Temanya
bermacam-macam, seputar remaja, media, teknologi, dan MEA. Acara usai pukul
22.00 WIB.
*Minggu, 18 Oktober 2015…
Well, ini adalah last day! Di hari
ini ada kegiatan Grand Seminar dan Deklarasi hasil #YMF2015. Kemudian, akan ada
acara penutupan pukul 13.00 WIB. Sebenarnya, di draft acara yang dibagikan
panitia sebelumnya acara di hari minggu sudah selesai penutupan sebelum pukul
12.00 WIB. Tapi, dikarenakan beberapa hal acaranya jadi molor. Tiket pesawat
buat balik ke Pekanbaru harus udah take off pukul 14.50 WIB. Alhasil aku dan
beberapa teman yang udah pesan tiket pulang duluan gak bisa ngikutin acara
sampai selesai di hari itu.
Di sela-sela Grand Seminar, aku
curi-curi waktu buat bisa keluar. Ada pertemuan yang belum tertunaikan yang
harus dibayar. Ini sebenarnya point yang tadi di awal sempat aku singgung.
Salah satu misiku ke Semarang ialah untuk bisa ketemu dengan seseorang yang aku
kenal sejak 2013 lalu. Seseorang yang baru aku tahu tepat seminggu setelah papa
meninggal. Dia yang ternyata adalah saudara perempuanku, tapi beda ibu. Yang
selama ini selalu ditutup-tutupi oleh pihak yang seharusnya memberi tahu. Kita
sama-sama gak tahu dan sama-sama kebingungan saat diberi tahu 2013 lalu. Dia
yang kata kebanyakan orang sangat mirip denganku. Selama ini kita hanya
komunikasi lewat dunia maya. Kebetulan beliau kuliah di Semarang.
Dia datang menjemputku di UDINUS. Begitu
jumpa, ternyata memang benar, kita emang mirip -.- Gak banyak basa basi kita
langsung cus ke Paragon yang letaknya gak jauh dengan UDINUS. Di sini, kita
makan terus sambil sharing dan cerita banyak hal mulai dari tentang keluarga
sampai tentang kuliah. Dari semua yang ia ceritakan aku tahu gimana alur cerita
yang selama ini yang gak aku ketahui. Mungkin dia juga begitu. Intinya kita
sama-sama saling tahu tentang hal yang sebelumnya gak kita tahu tentang kita
sendiri (aku ngomongin apaan sih hahhaa). Haaah, ajaib rasanya. Can’t describe
lah ya!
Cuma punya waktu kurang lebih 2 jam
dan masih banyak mau cerita sebenarnya, tapi panitia udah keburu nelfonin aku
buat balik ke UDINUS. So, terjadilah perpisahan dari pertemuan singkat antara
aku dan si kakak. Pas dia ngantar aku balik ke UDINUS, aku sempat nangis (hahaa
cengeng sih emang Novi -___-). Entahlah, aku ngerasa ngeliat sosok alm.papa
dalam dirinya, juga ngeliat kalau dia nyimpan kesedihan yang juga sama kayak
aku dan kakak-kakak aku rasakan. Satu kalimat yang paling aku ingat waktu kita
ngobrol di sana “ Mungkin ini jalan terbaik yang udah dikasih Allah buat kita
ya, Dek. Pasti ada hikmahnya. Kita ambil pelajarannya aja”. Yap! Meski dulu di
awal aku sempat benci dengan semua takdir ini, tapi perlahan aku bisa menerima
dan yakin bahwa apapun takdir yang ditetapkan Allah ada hikmahnya dan inilah
yang terbaik.
Next, setelah ketemu dengan 20 years
missing sister, aku lanjutin ngelunasin janji buat ketemu dengan Himas dan Pak
Agung. Anak dan Bapak itu adalah dua oreang sastrawan dan penyair Semarang yang
dulu pernah ketemu di Lombok saat FLS2N. Sayangnya, Himas dan Pak Agung datang
di saat aku dan 3 orang teman lainnya akan pamitan ke seluruh peserta YMF
karena bakal balik pulang duluan. Akhirnya, aku cuma punya waktu sebentar
banget buat photo bareng mereka. Trus, mereka aku ajakin buat nemenin photo
bentar di depan Lawang Sewu karena gak sempat masuk ke dalam L Setelah take beberapa photo, next
beli sedikit oleh-oleh. Selanjutnya cuss Bandara Ahmad Yani.
Bersama Himas Nur dan Pak Agung
Sambil nungguin boarding pass,
semuanya pada ribut di grup line #YMF2015 pada say goodbye buat kita-kita yang
duluan pulang. Trus, tiba-tiba adek yang satu kelompok bareng aku ngasih tau
kalau kelompokku juara 2 penampilan terbaik di malam PENSI. Aaah, berat
sebenarnya ninggalin Semarang. Tapi pesawat tetap harus take off pukul 14.50
WIB.
Setelah kurang lebih 1 jam di
pesawat, tiba di Jakarta pukul 16.00 WIB. Usai solat ashar, aku masuk ke ruang
tunggu untuk melanjutkan perjalanan menuju Pekanbaru pukul 18.05 WIB. Setelah
menunggu beberapa jam, malang tak dapat ditolak. Pesawat menuju Pekanbaru malam
itu dicancel keberangkatannya dikarenakan kabut asap di Pekanbaru kian menebal.
Seketika aku langsung panic. Of course, this is my first time to face problem
like this oh no -___- (ketularan mas Agung ini hahahaa).
Aku dan seniorku segera melapor ke bagian
costumer service. Setelah melalui beberapa proses yang cukup menyita waktu,
akhirnya penerbangan dialihkan esok pagi(Senin, 19 Oktober 2015) pukul 11.00
WIB. Aku bingung mala mini harus tidur dimana? Gak mungkin tidur di bandara
-__- Dengan tampang lelah capek kecewa aku coba telfonin satu per satu sahabat
di Jakarta. Finally, aku ke kost sahabatku Tya yang lumayan dan emang jauh dari
bandara. Ngabisin Rp200.000 buat ke sana -.- Sementara seniorku, karena dia
laki-laki mau gak mau ya dia nginap di hotel.
Begini rasanya kalau cancel flight. Ribet ngurusin ini itu -__-
*Senin, 19 Oktober 2015…
Pagi-pagi
aku udah siap untuk beranjak dari kost Tya. Sebelumnya, aku janjian ketemu
dengan salah seorang abang yang selama ini juga komunikasinya lewat dunia maya.
Masih sepupu sih, tapi jauh banget hubungan keluarganya hahahaa.. Namanya si
Tuplo. Hobinya curhat ngegalau gak jelas dan selalu minta pencerahan dengan aku
yang katanya adeknya yang pinter ini ahahhaa.. Yaa, kita sekedar ngobrol trus
photo-photo trus udah aku pamit sama mereka semua buat balik ke Pekanbaru.
Menuju ke
Soetta kena lagi ongkos Rp200.000 buat biaya taxi. Sebenarnya yang buat kesal
bukan itu aja, tapi yang paling mengecewakan adalah pagi ini harusnya aku ada
di kelas buat ngikutin kuis Listrik dan Magnet. Tapi dosennya malah gak terima
dengan alasanku dan kondisiku yang terdampar di Jakarta gegara kabut asap.
Alhasil, nilai kuisku kosong :”)
Tiba di
bandara, aku masuk ke ruang tunggu. Menunggu adalah sesuatu hal yang
membosankan memang -.- Di ruang tunggu ini banyak banget orang-orang yang entah
dari mana hendak kemana. Seorang ibu-ibu paruh baya datang mendekat. Ia
menunjukkan tiketnya padaku. Lalu, ia bercerita bahwa ia hanya sendirian saja
dan baru pertama kalinya naik pesawat sendirian pula. Jadi, ia meminta tolong
agar boleh mengikutiku kemana pun aku pergi karena kebetulan pesawat yang kami
tumpangi sama dan tujuannya sama yaitu ke Pekanbaru. Aku mengajak sang ibu
untuk duduk di dekatku sambil menunggu informasi keberangkatan pesawat kami.
Awalnya udah feeling kalau pesawat
bakal dicancel lagi, karena kata temen yang di Pekanbaru asap di Riau masih tebal.
Dan dugaanku benar, penerbangan ke Pekanbaru hari itu dicancel lagi. Huaaaa ini
artinya aku kembali harus terdampar di ibu kota yang super sumpek ini -.- Jadi malam ini mau tidur dimana? Uang semakin
tipis. Si ibu tadi juga ngikutin aku, gak mungkin aku bawa ke kost Tya lagi.
Lagian uang buat ongkos taxi juga udah minim untuk balik lagi ke kost Tya.
Aku, si Ibu dan seniorku sepakat
bahwa kami akan mengalihkan penerbangan menuju Padang esok pagi pkul 11.00 WIB.
Karena kalau menunggu pesawat yang langsung menuju Pekanbaru akan lama dapat
kepastian. Waktu ngurusin tiket, aku ketemu dengan Kak Iche, istrinya Bang Pay
pelatih puisiku di kampus. Beliau ternyata juga bekerja di Angkasa Pura II
Soetta ini. Kak Iche nawarin aku dan si Ibu buat tidur di kostnya aja malam
ini. Gak lama kemudian, tiba-tiba si ibu bilang kalau dia punya keponakan yang
bekerja di Angkasa Pura II Soetta ini. Sang ibu langsung nelfon keponakannya
buat nganterin kita ke kost Kak Iche.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah
Kak Iche aku gak tahu apa yang terjadi dan apa yang telah terlewatkan. Yap,
sepanjang perjalanan aku tidur. Ini efek terlalu kecapean karena di PHP-in
melulu sama pesawat buat balik ke Pekanbaru. Yang jelas, begitu bangun mobil
yang mengantarkan kami sudah parkir di depan sebuah restoran(lupa namanya apa).
Ternyata si keponakan ibu tadi mau traktir kami makan di sini. Mungkin ia tahu
bahwa aku dan seniorku yang mahasiswa pasti kantongnya sudah tipis dan lelah
seharian di bandara yang cukup membuat perut menjerit minta diisi malam ini
secepatnya.
Usai makan malam, kami langsung
menuju kost Kak Iche. Sampai di kamarnya, tanpa banyak melakukan aktivitas yang
lain aku pun tertidur. Tertidur larut dalam kepenatan. Ini malam keduaku harus
menginap tanpa rencana(lagi) di Jakarta setelah malam sebelumnya.
*Selasa, 20 Oktober 2015…
Pagi-pagi usai sarapan, aku dan si
ibu serta seniorku udah dijemput lagi oleh keponakannya si ibu semalam. Siang
ini kami akan berangkat menuju Padang, tepat pukul 11.55 WIB. Berharap
perjalanan kembali ke pulau Sumatera kali ini tidak tertunda lagi. Semoga.
Akhirnya, terbang...
Alhamdulillah
setelah kurang lebih 1 setengah jam menempuh perjalanan udara, akhirnya kami
mendarat di Bandara Minang Kabau. Selang beberapa jam, travel yang sebelumnya
sudah dipesan untuk menuju Pekanbaru menjemput kami. Aku kembali tidur
sepanjang perjalanan. Tubuh rasanya terlalu capek. Tak kuhiraukan lagi
pemandangan sepanjang perjalanan yang kulewati yang nyatanya pun kini pesonanya
sudah tertutup kabut asap dari Riau. Aku akan tiba di Pekanbaru mala mini,
sekitar pukul 23.00 WIB.
Arrived at Minang Kabau It'l Airport!
***
And after all, setelah nulis panjang
lebar kayak cerpen gini, this is the final of the story. Ya, ceritanya udah
selesai! (yap, dikit lagi bakalan selesai kok). Dari semua yang aku lewati ini
sampai sekarang masih belum terpikir gimana bisa ini semua terjadi. So
complicated! Entahlah, semuanya terjadi begitu saja dengan banyak mengukir
cerita dan berbagai pelajaran. Jujur, mungkin dari semua perjalanan yang
kulakukan, ini adalah perjalanan yang paling banyak memberikan pelajaran
tersendiri. Mulai dari pelajaran-pelajaran berharga yang kudapat di Semarang,
bertemu dengan orang-orang inspiratif, bertemu dengan saudaraku sendiri,
bertemu dengan teman lama sampai bertemu dengan orang yang gak dikenal tapi
akhirnya banyak membantu ketika aku delay dua hari di Bandara Soekarno Hatta.
Mungkin bagi kebanyakan peserta
#YMF2105 , kegiatan #YMF ini adalah cerita tentang 4 hari di Semarang. Tapi
tidak untukku. Lebih dari itu, ini adalah tentang sebuah pertemuan yang telah direncanakan
Tuhan. Pertemuan dengan berbagai pengalaman selama dalam perjalanan. Pertemuan
dengan tiap-tiap manusia yang membawa pelajaran dan nasihat tersendiri untukku.
Semuanya dibungkus rapi melalui kegiatan Hatag for Nation, Youth Media Festival
2015!
Syukur tiada henti pada Yang Maha Kuasa. Untuk
Allah Swt yang selalu tahu apa yang aku butuhkan, kali ini DIA berikan aku
banyak pelajaran. Satu hal yang pasti, di bawah langit Semarang DIA telah
pertemukan aku dengan seseorang yang membawa jawaban atas pertanyaan yang
selama ini aku pertanyakan. Setidaknya, satu pertanyaanku yang menjadi misteri
bagiku sendiri setelah kepergian papa telah aku temukan meskipun belum sempurna
terungkap.
Fabiayyialaairabbikumatukadzibaan…
:’)
Here are some of moments :)
Bersama Himas Nur. penyair Semarang
2nd Grand Seminar
We are youth, we are agent of change!
Lagi belajar bahasa isyarat bersama BISINDO
Ini acara pembukaan apa penutupan? (lupa hahaa -_-)
Kalau lagi fokus hape begini n ih -.-
Lawang Sewu di malam hari
Meet 20years missing sister
Anak wisma PKBI punya :D
Bersama mbak Nisa dari ISI :D
Sambutan ketua PKBI Jateng
Agung dan Lalang, dua lelaki yang selalu punya tingkah yang aneh tapi lucu. Mereka punya satu kesamaan, selalu ingat mantan setiap saat-_-
Bersama mas Fanbul, manager Hipwee Community
I am here!
Art party night!
Ini mas Al yang super duper keren, foundernya Kreanovator
Let's play dance 4life!
Apa pun posenya yang penting jepreeeeet :D
Galery komunitas di UDINUS
Self(ie)
Last night in YMF!
We are delegation from Riau :)
Gak bisa masuk ke dalam, di luar aja cukup :')
Lalank emang bakat buat ngambil photo :D
1st Grand Seminar
Aku namakan mereka "Keluarga" baruku :)
Hopefully I can meet you again, guys. See you on top! ^.^
Nooov, aku ganyangka ceritamu dibalik ceriamuu :""")
BalasHapusSemangat ya Noov :)
Aaaaa mbak Fitriii :"") Hehe iya mbak, insyaallah sellau semangat. Semangat juga buat mbak di Jogja! :*
Hapus" Fabiayyialaairabbikumatukadzibaan "
BalasHapusSelalu berkarya dek, sukses selalu disetiap aktivitasnya, oh iya adek keasikan nulis sepertinya jd lupa tahunnya :),