Pembelajaran Abad Ke-21 dan Transformasi
Pendidikan
Oleh : Brimy Laksmana
http://edukasi101.com/innovated-pembelajaran-abad-ke-21-dan-transformasi-pendidikan/
Direview oleh : Tengku Novenia Yahya
Pendidikan merupakan tonggak
utama dalam kehidupan manusia. Terciptanya kehidupan yang baik sesuai dengan
rambu-rambu serta azas kemanusiaan tidak luput dari peran pendidikan. Dalam
perkembangannya, pendidikan senantiasa mengalami perubahan. Hal ini disebabkan
seiring dengan semakin berubahnya zaman yang ditandai dengan pesatnya kemajuan
teknologi dan informasi. Dalam tulisan ini, penulis akan mengulas sebuah
artikel berjudul “Pembelajaran Abad Ke-21 dan Transformasi Pendidikan” yang
ditulis oleh Brimy Laksmana, seorang aktivis pendidikan yang merupakan Managing
Director di PT. Edukasi Satu Nol Satu.
Dalam artikelnya, Brimy memulai
tulisannya dengan memaparkan kekhawatiran yang akan terjadi pada penghujung
abad 21. Kekhawatiran ini diambil dari tulisan Prof. Michio Kaku, pengarang
buku “Physics Of The Future” dan seorang pengajar di City University of New
York, yaitu :
1.Prosesor
komputer akan di semua benda di sekeliling kita (baju, meja, cermin, tempat
tidur, tas, kaca mata,dll) bahkan bisa ditaruh di dalam tubuh manusia. Semua
perangkat itu akan terhubung dengan internet sehingga bisa berkomunikasi satu
dengan yang lainnya. Melalui kondisi itu maka akan ada kendaraan tanpa supir,
lingkungan virtual, hologram, dan kita bisa menggerakkan sesuatu dengan hanya
berpikir.
2.Robot
akan menjadi bagian dari kehidupan manusia dimana mereka akan banyak melakukan
kerja untuk menggantikan tugas manusia.
3.Peta
tubuh manusia sudah dapat digambarkan (DNA, Kromosom, Gen) sehingga manusia
bisa lebih panjang umur dan menghadapi segala penyakit yang ada.
4.Kendaraan
sudah tidak menyentuh darat, semua melayang dan tidak menggunakan bahan bakar
cair lagi. Perjalanan ke bulan dan planet lain sudah dapat dilakukan.
Dari
butir-butir di atas, jelas menunjukkan bahwa akan terjadi transformasi pola
hidup umat manusia di penghujung abad 21. Artinya, dunia akan mengalami
perubahan total. Pasar dunia akan menjadi global ketika semua orang dimanapun
mereka berada bisa menjual barang kemanapun mereka mau tanpa harus meninggalkan
lokasi usahanya, peluang menjadi besar namun persaingan dan kompetisi juga
menjadi global baik secara individu, kelompok usaha maupun negara. Kuncinya
ialah pemanfaatan kemajuan dan perkembangan teknologi.
Jika
melihat negeri sendiri, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk
menjadi negara maju di penghujung abad 21. Hal ini didukung akan kayanya sumber
daya alam yang dimiliki oleh Indonesia. Penelitian McKinsey Global Institute
memperkirakan bahwa Indonesia yang saat ini menduduki posisi 16 besar kekuatan
ekonomi dunia bisa menjadi peringkat 7 pada tahun 2030. Kekuatan ekonomi ini
didukung oleh 113 juta tenaga kerja terampil yang bekerja di seluruh sektor
ekonomi. Namun, pertanyaannya sekarang adalah apakah sistem pendidikan di
Indonesia saat ini mampu mempersiapkan sumber daya manusia terampil yang akan
mengisi peluang emas di penghujung abad 21? Jika berkaca pada realita
pendidikan saat ini, maka Indonesia masih belum bisa bersaing dan kemungkinan
besar belum mampu mengambil peluang ini karena masih minimnya sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas diciptakan dari
pendidikan yang berkualitas. Inilah PR bagi pendidikan di Indonesia.
Hal
yang harus disadari ialah ketika dunia berubah maka pendidikan pun harus
berubah. Pola pembelajaran harus berubah agar dunia pendidikan menjadi relevan
dengan tantangan dan peluang yang terjadi di kehidupan nyata. Realita
menunjukkan bahwa saat ini yang dibutuhkan oleh dunia kerja ialah kemampuan
untuk bekerja sama dalam tim, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan untuk
mengarahkan diri, berpikir kritis, menguasai teknologi serta mampu
berkomunikasi dengan efektif. Menurut Brilly, kemampuan-kemampuan tersebut
adalah kemampuan abad 21 (21st Century Skills). Untuk mencapai kemampuan ini,
maka perlu dilakukan transformasi pendidikan yang meliputi:
1.Kebijakan
pendidikan. Dalam hal ini, kebijakan pendidikan harus menunjukkan arahan yang
jelas mengenai tujuan dan target yang ingin dicapai serta cara untuk
mencapainya. Kebijakan harus tetap fleksibel dan bisa diterapkan sesuai kondisi
lokal. Kurikulum dan sistem penilaian, kurikulum sebagai acuan dalam
pengembangan pembelajaran dan sistem penilaian harus sudah mengarah pada pola
pembelajaran abad 21 yang lebih berpusat pada siswa.
2.Pengembangan
kompetensi guru. Dalam hal ini guru sebagai motor terdepan dalam perubahan harus
menjadi pihak pertama yang siap dalam proses perubahan ini. Guru harus mampu
mengubah proses pembelajarannya dari yang tradisional berpusat pada guru
menjadi berpusat pada siswa
3.Teknologi.
Dalam hal ini integrasi teknologi dalam proses belajar merupakan sebuah
keniscayaan, siswa harus diarahkan dan diberikan kesempatan yang
sebesar-besarnya dalam mencari informasi sesuai dengan target pembelajaran.
Proses belajar dengan teknologi sebetulnya sama dengan proses bekerja dalam
kehidupan nyata yang selalu bersinggungan dengan teknologi, yang artinya proses
pembelajaran menjadi relevan dengan proses kerja.
4.Riset
dan evaluasi. Setiap proses apapun membutuhkan umpan balik untuk menyempurnakan
sistemnya oleh karena itu evaluasi menjadi penting untuk melihat dampak
keberhasilan dari setiap kebijakan. Riset menjadi penting agar kita selalu
dalam kondisi aktual dalam pengembangan dunia pendidikan.
Empat
cakupan transformasi pendidikan di atas bisa dilakukan oleh Indonesia jika
implementasinya benar-benar sesuai dengan teori. Salah satu kelemahan yang
dimiliki oleh Indonesia hingga saat ini ialah mengetahui teori yang benar
tetapi sulit mengimplementasikannya dengan baik dalam kehidupan nyata. Padahal,
di belahan bumi yang lain negara-negara di dunia sedang sibuk membenahi
pendidikannya untuk siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
pada abad 21 seperti Amerika dan
Singapura. Jika Indonesia tidak segera membenahi pendidikannya maka
Indonesia harus rela tertinggal dan makin terpuruk dari negara-negara lain.
Fakta
lain yang tidak dapat kita pungkiri adalah di era digital informasi ini,
anak-anak Indonesia menerima informasi yang berlimpah dari berbagai macam
sumber informasi seperti TV, radio, majalah, koran dan internet. Informasi
tersebut telah membentuk pemahaman awal terhadap berbagai konsep dan peristiwa
di dunia ini sehingga membuat mereka menjadi kritis dalam menerima masukan,
arahan atau pelajaran baru dari guru dan orang tua. Para guru dan orang tua
saat ini menghadapi era transisi yang sangat luar biasa dan menghadapi
tantangan yang besar dalam upaya membesarkan dan mendidik anak-anak, sebab
generasi orang tua dan guru saat ini dibesarkan dalam sebuah era yang jauh
berbeda dengan era anak-anak sekarang.
Menanggapi
hal ini, guru harus paham benar akan perubahan budaya dan kebiasaan anak saat
ini sehingga mampu mengembangkan pembelajaran yang tidak mematikan sikap kritis
dan kreatifitas mereka, bahkan mendorong mereka untuk mengembangkan talenta
yang mereka miliki. Kata kunci yang bisa digunakan dalam pembelajaran adalah
“Engage” (Keterlibatan), proses pembelajaran harus melibatkan siswa sebagai
subyek pembelajar bukan menjadi obyek yang pasif menerima pelajaran.
Untuk
mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus memulai satu langkah perubahan
yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi
pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pola pembelajaran yang tradisional
bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana guru banyak memberikan ceramah
sedangkan siswa lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal.
Dalam
artikelnya, Brimy mengajukan beberapa hal yang mampu mengembangkan pembelajaran
abad 21, yaitu:
1.
Tugas Utama Guru Sebagai Perencana Pembelajaran
Sebagai
fasilitator dan pengelola kelas maka tugas guru yang penting adalah dalam
pembuatan RPP(Rancangan Perangkat Pembelajaran). RPP harus dibuat dengan baik
dan detail serta mampu menjelaskan semua proses yang akan terjadi dalam kelas
termasuk proses penilaian dan target yang ingin dicapai. Dalam menyusun RPP,
guru harus mampu mengkombinasikan antara target yang diminta dalam kurikulum
nasional, pengembangan kecakapan abad 21 atau karakter nasional serta
pemanfaatan teknologi dalam kelas.
2.
Memasukkan Unsur Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking)
Teknologi
dalam hal ini khususnya internet akan sangat memudahkan siswa untuk memperoleh
informasi dan jawaban dari persoalan yang disampaikan oleh guru. Untuk
permasalahan yang bersifat pengetahuan dan pemahaman bisa dicari solusinya
dengan sangat mudah dan ada kecenderungan bahwa siswa hanya menjadi pengumpul
informasi. Oleh sebab itu, guru harus mampu memberikan tugas di tingkat
aplikasi, analisa, evaluasi dan kreasi. Hal ini akan mendorong siswa untuk
berpikir kritis dan membaca informasi yang mereka kumpulkan sebelum
menyelasikan tugas dari guru.
3.
Penerapan Pola Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Bervariasi
Beberapa
pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning), pembelajaran berbasis keingintahuan (Inquiry Based Learning) serta
model pembelajaran silang (jigsaw) maupun model kelas terbalik (Flipped
Classroom) dapat diterapkan oleh guru untuk memperkaya pengalaman belajar siswa
(Learning Experience). Satu hal yang perlu dipahami bahwa siswa harus mengerti
dan memahami hubungan antara ilmu yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan
nyata. Siswa harus mampu menerapkan ilmunya untuk mencari solusi permasalahan
dalam kehidupan nyata. Hal ini yang membuat Indonesia mendapatkan peringkat
rendah (64 dari 65 negara) dari nilai PISA di tahun 2012, siswa Indonesia tidak
biasa menghubungkan ilmu dengan permasalahan kehidupan nyata.
4.
Integrasi Teknologi
Sekolah
yang memiliki siswa dan guru mempunyai akses teknologi yang baik harus mampu
memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Siswa harus terbiasa bekerja
dengan teknologi seperti layaknya orang yang bekerja. Seringkali guru
mengeluhkan mengenai fasilitas teknologi yang belum mereka miliki. Hal yang
harus diingat ialah pengembangan pembelajaran abad 21 bisa dilakukan tanpa
unsur teknologi, namun yang terpenting adalah guru yang baik yang bisa
mengembangkan proses pembelajaran yang aktif dan kolaboratif. Akan tetapi, guru
tentu saja harus berusaha untuk menguasai teknologinya terlebih dahulu.
Dari empat point di atas,
penulis menambahkan satu point yang mungkin terlupakan oleh Brimy dalam
artikelnya, yakni penguatan mental spiritual di sekolah. Sumber daya manusia
yang berkualitas tidak hanya diciptakan dari kualitas akademik saja, akan
tetapi juga harus didukung oleh mental spiritual yang kuat. Sebagus apapun
tingkat kepintaran seorang individu, namun jika tidak diimbangi dengan
spiritual yang mantap maka ilmunya pun tidak akan bermanfaat. Oleh sebab
itu,spiritual merupakan pondasi utama yang dimiliki oleh tiap-tiap individu dan
wajib mendapat tempat yang utama dalam pengembangan pendidikan terutama di abad
21.
Jika
empat point yang diajukan oleh Brimy di atas ditambah dengan penguatan mental
spiritual benar-benar dilaksanakan oleh elemen pendidik bangsa ini, maka masa
depan pendidikan Indonesia akan cerah dan siap mengambil peluang emas pada
penghujung abad 21. Sebab, perkembangan dan kemajuan teknologi tidak akan
berarti jika tidak disokong oleh kualitas generasi emas. Generasi emas akan
diciptakan melalui transformasi pendidikan ke arah yang lebih baik. Maka, tidak
ada alasan lain bagi Indonesia untuk tidak segera berbenah dalam dunia
pendidikan jika tidak ingin ketinggalan. Mari berbenah untuk pendidikan Indonesia
lebih cerah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar..