Dalam menulis ini, membuatku ingat detik demi detik saat-saat yang
berharga dalam hidupku…
***
Pagi itu aku baru sampai di Kota
Bertuah, Pekanbaru dari Bumi Raflesia Bengkulu usai mengikuti Lomba Debat
Pendidikan Nasional. Tepat 08 April 2015. Meskipun badan masih terasa lelah,
aku tetap usahakan untuk masuk kuliah pagi ini. Siangnya, aku dapat kabar dari
Kak Putri, sekretaris Dinas Pendidikan BEM FKIP Universitas Riau. Katanya,
pihak fakultas bilang kalau naskah KTI harus dikumpul paling lambat sore ini
pukul 16.00 WIB. Aku langsung panik, sebab KTI ku masih berantakan, masih belum
rampung.
“Kak, aku gak usah ikut lah,ya. Gak
sanggup aku nyiapin KTI ni. Datelinenya sore ini. KTI ku masih banyak yang
berantakan”, ucapku lirih.
“Heh, usah banyak cakap! Cepat ajalah
selesaikan KTI mu tu. Apa lagi yang kurang,ha? Selesai tu, cepat ajalah buat!”.
Romi, seniorku yang juga ikut seleksi MAWAPRES tingkat fakultas melempariku
dengan bantal kursi yang berserakan di dekat printer BEM FKIP.
Singkat cerita, alhamdulillah berkat
restu dan ridho Allah SWT dateline pengumpulan naskah KTI untuk seleksi
MAWAPRES fakultas diundur hingga esok pagi, Kamis(09/04/15). Tapi, resikonya
adalah Kamis jam 09.00 itu seluruh peserta langsung presentasi KTI di depan
dewan juri. Aku kembali panik. Tapi aku berusaha untuk bisa memberikan yang
terbaik.
Esok paginya, aku sudah stand by di
sekretariat BEM FKIP UR sambil mengerjakan PPT yang akan dipresentasikan nanti.
Tapi lagi-lagi Allah Swt mempermudahku, akhirnya seleksi hari itu dibatalkan
karena banyaknya peserta yang belum muncul ketika jam telah menunjukkan angka
10.00 WIB.
Akhirnya presentasi KTI dilaksanakan
pada Jum’at, 10 April 2015. Dengan persiapan yang singkat namun agak matang
dari hari sebelumnya, aku mempresentasikan KTI ku yang berjudul
“Phybrasi(Physics Brain Storming); Teknik Kreatif Menumbuhkembangkan Rasa Ingin
Tahu Siswa Terhadap Pelajaran Fisika”.
Detik demi detik seleksi itu berlalu.
Hingga akhirnya ketika Kak Elysa, MAWAPRES FKIP tahun lalu itu menyebutkan nama
Romi sebagai juara 2 dan namaku sebagai juara 1. Awalnya aku hanya terdiam,
seolah-olah tak percaya. Tapi kak Elysa langsung memelukku dan membisikkan “
ini calon penerus kakak ni”. Aku masih saja seperti orang bingung. Karena,
menurutku saingan seleksi MAWAPRES di FKIP itu lumayan berat. Ada Bang Anggi yang
jelas-jelas prestasinya sudah berkali-kali sampai nasional. Ada empat orang
anak Bahasa Inggris yang jelas-jela sudah sangat fasih mempresentasikan KTI nya
dalam bahasa Inggris. Tapi, Alhamdulillah mungkin inilah amanah Allah Swt
untukku. Aku bersama Kak Romi ditugaskan untuk mewakili FKIP ke universitas
untuk seleksi MAWAPRES UR 2015. Dalam hati aku bertekad harus bisa lebih baik
lagi ketika seleksi tingkat universitas.
***
Sejak dinyatakan sebagai MAWAPRES I
FKIP, menjelang seleksi lanjutan ke tingkat universitas aku berasa orang yang
diteror pertanyaan kemana-mana. Setiap berjumpa dengan orang di kampus, pasti
nanyanya “ Gimana MAWAPRES nya,Nov?”, atau “Eh selamat ya Novi. Gimana
ceritanya kemarin seleksi tingkat fakultas?” dan bla bla bla masih banyak
pertanyaan lainnya.
Pertanyaan yang unik itu datang dari
beberapa orang terdekatku.
“Dek, gimana perasaan adek untuk
tingkat universitas besok? Kalau kakak sih maunya tahun ini adek gak usah juara
dulu. Biarlah satu tahun ni adek persiapkan dulu ngumpulin prestasi lebih
banyak lagi buat jadi juara I tahun depan. Adek maish semester 4 juga. Kalau
pun adek juara II atau juara III tahun ini rugi, karena tahun depan adek gak
boleh ikut seleksi lagi”, ujar Kak Elys.
Aku hanya menjawab “ Hmmm gimana, ya
kak? Ya, Novi maunya pengen juara sih. Tapi kayaknya saingannya berat lah.
Haaah yang penting Novi usaha dulu lah kak. Kalau pun nanti misalnya Novi gak
dapat juara, artinya Allah nyuruh Novi buat ikut lagi tahun depan. Tapi, kalau
misalnya Novi juara tahun ini, entah juara 1 atau 2 atau 3 brarti ada rencana
Allah yang lain untuk Novi. Mana tahu tahun depan ada halangan yang membuat
Novi gak bisa ikut lagi kan? Atau mana tahu umur Novi gak nyampe lagi buat ikut
tahun depan. Hehee.. Wallahuallam,Kak”.
Selanjutnya Bang Okta di waktu yang
berbeda.